Langsung ke konten utama

[ADAPTASI EKSISTENSI]

Dunia dari waktu ke waktu terus bergerak dan berubah. Perubahan itu memaksa semua harus bisa tak sekedar mengikutinya saja, tapi menjadi pengendali bukan pengekor. Karena pengikut semata bukanlah pemenang, tapi penonton yang hanya mengikuti skenario rasa yang ditawarkan sutradara dan aktor. 

Mereka yang mengetahui seni beradaptasi tak dapat takluk oleh keadaan. Mereka selalu dapat melihat celah walaupun kecil dalam kondisi terjepit sekalipun untuk keluar dan menjadi pemenang dan eksis bersama perubahan yang terjadi. 
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk: memperoleh air, udara dan nutrisi. mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.

Wabah covid-19 melumpuhkan sebagian besar sendi sosial di dunia saat ini. Ada yang berhasil dengan angka nol kematian seperti Vietnam, ada yang mulai frustasi seperti negara super power  Amerika sekalipun atau seperti China yang mulai menghadapi gelombang kedua Corona. Sekali lagi kemampuan adaptasi cepat dan tepat akan menentukan keberadaan siapapun. 

Banyak mereka yang awalnya aktif dalam rutinitas dan sedikit waktu dirumah, Tiba-tiba harus banyak dirumah dengan work from home untuk menekan dan menghindari penularan covid-19. Merubah 180 derajat pola hidup itu sulit, namun tak ada yang tak mungkin.

Aktifitas diluar rumah boleh hilang, tapi aktifitas lain selama dirumah harus menghasilkan sesuatu. Hingga semasa pandemi banyak karya literasi yang lahir. Bukan hanya satu buku, bahkan ada yang lebih dari dua buku dari satu orang selama tiga bulan terakhir. 

Beradaptasilah karena dunia ini terus bergerak, jika diam bersiaplah untuk tertinggal dan punah. 

18062020
#IWANwahyudi
#InspirasiWajahNegeri
#MariberbagiMakna 
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me