"Seteguk air segar dikala haus musim kemarau akan sangat berarti memberi susana dan energi lebih berbeda bagi tubuh dan langkah selanjutnya bagi seorang musafir."
Jika Ramadhan adalah sekolah yang menggembleng kita hingga bergelar taqwa, apakah setelah lulus kita berhenti belajar dan menganggap sudah mumpuni?. Asal tau saja kondisi keimanan seseorang itu dinamis naik dan turun, tak ada yang stagnan selamanya seperti malaikat.
Kalau saat Ramadhan ada beberapa amal ibadah yang kita lakukan sangat semangat, volume dan frekuensinya di atas sebelum Ramadhan, apakah setelah Ramadhan berlalu harus turun tajam kembali sebagaimana sedia kala?. Berarti amal kita musiman dong, naik saat Ramadhan, surut setelahnya hingga tak berbekas sama sekali.
Bila Ramadhan adalah salah satu tempat pengisian bahan bakar kehidupan, apakah cukup sekali itu saja mengisinya dan tak mau mengisi tambah di pengisian kecil setelahnya yang kita temui?. Ingat hidup ini perjalanan panjang, saat kau tersesat tentu akan menghabiskan bahan bakar diluar hitungan kebutuhan di awal perjalanan.
Pasca Ramadhan kita memasuki kehidupan baru. Pilihannya kembali normal seperti sebelum masuk Ramadhan atau menjadi manusia baru yang lebih baik dari kehidupan normal sebelumnya. Berat bang menyamakan kualitas hari kita saat Ramadhan dengan diluar Ramadhan? Perubahan itu tak sama dengan Revolusi bro. Cukup ada sesuatu yang baru, buah manis Ramadhan walaupun kecil yang masih awet terasa dan tak lepas dari diri kita. Contoh jika saat Ramadhan shalat malam kita 11 Rakaat shalat Tarawih dan Witir plus dua rakaat shalat Tahajjud, sisakan satu rakaat witir saja tiap hari yang tak pernah kita lupakan.
Selamat menempuh hidup baru setelah Ramadhan, semoga lebih sedikit diatas normal (sebelumnya) agar ada bedanya kita pasca Ramadhan yang mulia.
27052020
#IWANwahyudi
#InspirasiWajahNegeri
#MariBerbagiMakna
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri
Komentar
Posting Komentar