Langsung ke konten utama

04 [MASJID ASHABUL KAHFI, SMK AL KAHFI SUMBAWA]

Senja itu hari Senin 31 Juli 2018. Malamnya sampai pukul 12 saya masih menghadiri acara silaturahim dan jam 4 subuh harus sudah berangkat dengan motor menuju sumbawa karena Senin pagi itu sudah ada janji pertemuan tepat pukul 10.  Senja itu penat sekali sebenarnya, selain kurang tidur juga perjalanan Mataram sumbawa juga menguras energi.

Senja itu kali pertama saya berkunjung ke SMK Al-Kahfi dan ternyata ada acara syukuran kelulusan adik-adik SMK Al-Kahfi tepat di masjid Ashabul Kahfi ini. Diemperan timur Masjid telah disajikan berbagai macam pakanan.

Masjid ini berada dipelosok sekali dan dibawah kaki bukit tepatnya 2 km dari Universitas Teknologi Sumbawa (Desa Pernek Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa) sehingga sangat mendukung kekhusyuan beribadah dan jauh dari hiruk-pikuk rutinitas. Saya kini memiliki rutinitas tiap Kamis siang untuk ke Masjid ini. Masjid selalu diisi dengan berjama'ah shalat wajib yang diisi oleh siswa SMK Al-Kahfi sebuah sekolah berbasis pesantren dan Industri.

Selain nikmatnya beribadah, suasana desa begitu melekat. Cuaca yang sejuk, beberapa sapi dan kuda yang berkeliaran. Ada juga ayam, kambing dan rusa yang dikandangkan. Makan siang mengambil porsi langsung didapur bersama para santri adalah sesansi tersendiri. Dipelataran masjid yang sejuk kita bisa duduk sambil membaca buku dari perpustakaan SMK Al-Kahfi.

#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
#HappyRamadhan
#MasjidtoMosque
#WisataMasjid
#WisataReligi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...