Langsung ke konten utama

[SAHUR TERAKHIR] 04 Ramadhan

Jam menunjukkan lewat pukul 04.00 subuh 9 Ramadhan 1364 H. Dari salah satu ruangan yang sejak semalam diisi oleh tiga orang untuk menyelesaikan pekerjaan lemburnya keluar satu demi satu menuju dapur mengambil makanan untuk sahur dengan menu seadanya yang disiapkan para asisten rumah tangga pemilik rumah. Menu sahur tanpa nasi, hanya ikan sarden, telur dan roti.

Sahur terakhir dengan status yang disandang  350 tahun, karena mulai besok status merdeka akan menjadi nyata bagi seluruh bangsa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bersama di sebuah ruangan  di salah satu sudut Rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda,  Soekarno, Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo berpikir keras dan bersilang pendapat merumuskan naskah proklamasi. Sementara di ruang tamu para pemuda lain menunggu teks proklamasi diselesaikan.
Hal itu di abadikan oleh Rosihan Anwar dalam ‘Sutan Sjahrir : True Democrat, Fighter for Humanity 1909-1966’, “ Lewat pukul 04.00 subuh, perumusan naskah proklamasi rampung. Soekarno melangkah keluar setelah mengambil makanan di dapur untuk sahur. Hatta menyusul, seusai membuka sekaleng ikan sarden dan mencampurnya dengan telur”. 

Ramadhan yang bertepatan dengan bulan Agustus 1945 itu sangat bersejarah sekali bagi bangsa Indonesia kemudian. Para pendiri bangsa di tengah bulan Ramadhan dan sehari sebelumnya “diculik” oleh para pemuda ke Rengasdengklok . Dengan istirahat yang sangat kurang tentunya dapat mengisi Ramadhan dengan karya yang luar biasa. 

Ramadhan bukan alasan untuk menurunkan aktifitas dan dispensasi menghasilkan produktifitas. Mungkin karya kita tak sebesar para pendiri bangsa. Namun, setiap Ramadhan jadikan waktu untuk menulis sejarah minimal bagi diri kita sendiri.

16042021
#EnergiRamadhan
#MariBerbagiMakna #CatatanPuasa #LiterasiRamadhan #InspirasiWajahNegeri #Ramadhan #Puasa #reHATIwan #IWANwahyudi
@inspirasiwajahnegeri @iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...