Langsung ke konten utama

[PUASA PERANG JAWA] 05 Ramadhan

Diantara panggilan keimanan ialah meninggalkan hal terkait dunia ketika panggilan-Nya menggema. Namun, banyak diantara kita yang menjadikan hal sepele terkait urusan dunia sebagai alasan melalaikan perintahNya. 

Perang Jawa antara tahun 1825-1830 antara Belanda dan Pangeran Diponegoro menjadi salah satu medan yang menakutkan bagi penjajah. Selain waktu yang lama dan membuat tentara frustasi, tentu biaya Perang yang dikeluarkan tidak sedikit. 

Empat hari sebelum masuki bulan Ramadhan Pengeran Diponegoro tiba di Menoreh sebuah pegunungan berbatasan Bagelen dan Kedu dengan 700 orang prajurit kemudian bergabung yang lain sehingga menjadi 800 prajurit. Sesuai kesepakatan dengan utusan Gubernur Jenderal Belanda Hendrik Merkus Baron de Kock bernama Jan Baptist Cleerens bahwa selama puasa tidak ada pembicaraan apapun terkait perang atau diadakan gencatan senjata. 

Pangeran Diponegoro dan pasukannya fokus dengan ibadah dan berlatih kanuragan mengisi waktu libur perang Jawa tersebut. Walau liciknya Belanda terjadi dengan menangkap pangeran Diponegoro dihari kedua lebaran tanggal 28 Maret 1830.

Aktifitas keseharian dan rutinitas hari-hari kita tak ada yang lebih genting dari perang. Bahkan dibeberapa tempat ada kelonggaran jam kerja saat bulan Ramadhan. Artinya kondisi normal dan kondusif untuk melakukan sebanyak mungkin ibadah di bulan mulia ini. Mereka dalam kondisi rumit masih bisa berlomba dalam amal kebaikan, kenapa kita berlomba mencari alasan untuk tidak berbuat kebaikan? 

Lukisan potret Pangeran Diponegoro karya A.J. Bik, 1830. Foto: geheugenvannederland.nl.

17042021
#EnergiRamadhan
#MariBerbagiMakna #CatatanPuasa #LiterasiRamadhan #InspirasiWajahNegeri #Ramadhan #Puasa #reHATIwan #IWANwahyudi
@inspirasiwajahnegeri @iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...