Diantara panggilan keimanan ialah meninggalkan hal terkait dunia ketika panggilan-Nya menggema. Namun, banyak diantara kita yang menjadikan hal sepele terkait urusan dunia sebagai alasan melalaikan perintahNya.
Perang Jawa antara tahun 1825-1830 antara Belanda dan Pangeran Diponegoro menjadi salah satu medan yang menakutkan bagi penjajah. Selain waktu yang lama dan membuat tentara frustasi, tentu biaya Perang yang dikeluarkan tidak sedikit.
Empat hari sebelum masuki bulan Ramadhan Pengeran Diponegoro tiba di Menoreh sebuah pegunungan berbatasan Bagelen dan Kedu dengan 700 orang prajurit kemudian bergabung yang lain sehingga menjadi 800 prajurit. Sesuai kesepakatan dengan utusan Gubernur Jenderal Belanda Hendrik Merkus Baron de Kock bernama Jan Baptist Cleerens bahwa selama puasa tidak ada pembicaraan apapun terkait perang atau diadakan gencatan senjata.
Pangeran Diponegoro dan pasukannya fokus dengan ibadah dan berlatih kanuragan mengisi waktu libur perang Jawa tersebut. Walau liciknya Belanda terjadi dengan menangkap pangeran Diponegoro dihari kedua lebaran tanggal 28 Maret 1830.
Aktifitas keseharian dan rutinitas hari-hari kita tak ada yang lebih genting dari perang. Bahkan dibeberapa tempat ada kelonggaran jam kerja saat bulan Ramadhan. Artinya kondisi normal dan kondusif untuk melakukan sebanyak mungkin ibadah di bulan mulia ini. Mereka dalam kondisi rumit masih bisa berlomba dalam amal kebaikan, kenapa kita berlomba mencari alasan untuk tidak berbuat kebaikan?
Lukisan potret Pangeran Diponegoro karya A.J. Bik, 1830. Foto: geheugenvannederland.nl.
17042021
#EnergiRamadhan
#MariBerbagiMakna #CatatanPuasa #LiterasiRamadhan #InspirasiWajahNegeri #Ramadhan #Puasa #reHATIwan #IWANwahyudi
@inspirasiwajahnegeri @iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar