Langsung ke konten utama

[KONTESTASI POLITIK JANGAN MERUSAK PERSAHABATAN]

Persahabatan itu bukan sekedar keperluan beberapa saat  agenda lima tahunan semata, tapi ia telah bahkan akan berlanjut lebih lama lagi. Perbedaan pilihan politik tak boleh memecah persahabatan, memutus ikatan kekeluargaan, merusak kekompakan rumah tangga.

Agenda politik lima tahunan dan itu tidak full terjadi selama lima tahun, mulai setahun terakhir dan memanas sebulan menjelang pencoblosan. Jangan korbankan hal baik yang sudah dilakukan, sedang dikerjakan dan sudah direncanakan untuk esok termasuk persahabatan.

Bagaimana sengitnya perdebatan dan pertentangan antara Muh. Nasir dari Partai Masyumi dan Aidit dari PKI dalam sidang-sidang parlemen dan konstituante. Tetap saja ada waktu mereka duduk rehat berdua diluar gedung pertemuan sambil menanyakan keluarga masing-masing dirumah. Dan tentu kami tak layak disebut mewakili (menyamakan diri) atau sok besar seperti mereka. Jauhlah itu, ini hanya memaparkan bagaimana para pendahulu memberikan mata air keteladanan.

Saya sejak tamat SMP sampai sekarang belum pernah bertemu langsung kembali dengan kakak tingkat satu ini. Satu semester terakhir baru terjalin kontak lewat media sosial. Dan itupun dalam pilihan politik yang berbeda dan kian panas terlebih dimedia sosial. Saat kampanye secara keseluruhan selesai hari Sabtu, 14 April 2019, sehari setelahnya saya bersilaturahim ketempat beliau. Bukan ingin buat sensasi kenapa waktunya harus hari itu, ya karena saat itulah ada waktu kosong kami yang memang berbeda jarak dan kesibukan pekerjaan masing-masing. Sehingga ada komentar di media sosial pertemuan ini sebagai koalisi tidak masuk akal.

Pembicaraan politik hanya sepuluhan menit, yang banyak saling sharing tentang nasib hutan, mata air banyak hilang dan lingkungan hidup, sesuai dengan bidang keahlian dan pekerjaan beliau. Mencoba menarik benang merah kerumitan selama ini tentang banjir yang selalu datang menyapa warga. So, banyak hal yang kedepan bisa dilakukan bersama. Biarkan politik mengalir dengan sendirinya tanpa harus merusak segmen yang lain, jika perlu politik malahan harus menguatkan kerja-kerja kebaikan yang selama ini sudah dilakukan oleh banyak dan lintas kalangan.

19042019 10:36
#IWANwahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#CatatanLangkah 
#MariBerbagiMakna #reHATIwan 
www.iwan-wahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me