Langsung ke konten utama

[Kita Adalah Pemimpin]

 Setiap Kalian Adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya ( HR. Bukhari dan Muslim )
 
Tak seorangpun dimuka bumi ini yang tak memimpin minimal ia akan memimpin atas dirinya sendiri,  tak ada alasan apalagi mengelak atas hal itu karena kita adalah manusia yang hidup di dunia ini.

Kemudian kepemimpinan itu seiring dengan berjalannya waktu akan bertambah saat kita berinteraksi social dengan manusia lainnya dalam sebuah komunitas dan masyarakat, berkeluarga dan beranak pinak. Karena tak seorangpun diantara kita yang dapat hidup seorang diri. Semua itu pula pasti dimintai pertanggungjawabannya, sekecil apapun apalagi yang besar, baik sekarang atau esok, di dunia dan kelak diakhirat.

Dalam kepemimpinan setidaknya ada dua hal yang pokok yaitu Kemampuan Mengelola (Manajerial) dan Rasa Bertanggung Jawab.

Kemampuan mengelola lebih pada bagaimana manusia dapat menata dan mengatur dirinya sendiri dan masyarakat sekitar sesuai dengan fitrah yang melekat pada dirinya sebagai pemimpin. Me-manage-nya agar sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh-Nya

Rasa Bertanggung Jawab, menanamkan dalam diri bahwa setiap apa yang dilakukan adalah sebuah amanah yang akan dipertanggungjawabkan. Semua memiliki konsekuensi baik amanah maupun khianat terhadap kepemimpinan pada diri sendiri maupun manusia lainnya, sekecil apapun.

10022018
#SpiritofLeadership_01
#InspirasiWajahNegeri
#MariBerbagiMakna
www.inspirasiwajahnegeri.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...