Langsung ke konten utama

[IDENTITAS DAN EKSISTENSI]

Jika namamu Iwan apakah akan menengok saat dipanggil Budi?

Saat diabsen dan dipanggil tapi namamu dilompati kenama setelahmu, padahal yang mengabsen dan semua yang ada disitu tau keberadaannya, bagaimana rasanya?

Tentu tidak ada seorang pun yang bahagia dan gembira jika identitas diganti, ditukar apalagi dengan sesuatu yang tidak mencerminkan dan mewakili anda. Bahkan tak ada yang mau jika keberadaannya tidak di akui, tidak ditempatkan pada tempatnya bahkan dianggap hilang.

Identitas itu sesuatu yang melekat pada seseorang dan menjadi pengenal, penanda dan pembeda dengan yang lainnya. Identitas ini lebih pada bagaimana mengenalkan diri pada orang lain dengan daftar ciri yang kita miliki. Agar sesuatu yang terkait dengan kita tidak tertukar, salah alamat bahkan salah sasaran pada sesuatu yang bukan pada tempatnya.

Eksistensi lebih pada bagaimana karakter dan identitas yang kita miliki dapat diakui oleh orang lain. Karya atau kemanfaatan kita pada sekitar cenderung menjadi sesuatu penyebab eksistensi itu disematkan. Orang lain perlu bukti keberadaan kita, mereka perlu rupa dan wujud yang kita telah lakukan hingga selalu diingat dan memiliki posisi atau tempat ditengah-tengah mereka.

Identitas itu jatidiri, apresiasi sekitar terhadap keberadaan kita membuktikan sejauhmana eksistensi diri kita sesungguhnya.

@30haribercerita 
#30haribercerita 
#30hbc2005 
#IWANwahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan 
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...