Langsung ke konten utama

SELASASRAMA [ASRAMA DAN NASIONALISME]

Nasionalisme sebuah rasa dan sikap yang merupakan akumulasi dari rasa cinta terhadap negeri kelahiran atau tempat tinggal. Sebuah paham kebangsaan dari masyarakat suatu negara yang memiliki kesadaran dan semangat cinta tanah air dan bangsa yang ditunjukan melalui sikap dan tingkah laku individu atau masyarakat.

Bangsa Indonesia yang besar dengan berbagai keragaman dan perbedaan tentu memiliki tantangan yang besar dalam menumbuh kembangkan rasa nasionalisme pada setiap masyarakatnya, terutama pemuda yang menjadi kekuatan utama dimasa kini dan ujung tombak kepemimpinan dimasa yang akan datang.

Asrama sebagai salah satu tempat tinggal mahasiswa, bukan sebatas sebagai hunian untuk istirahat semata, namun sebuah ruang berinteraksi sosial antar sesama penghuninya dalam aktifitas-aktifitas yang selain meningkatkan kepahaman personal juga kepahaman kolektif antara penghuni yang ada didalamnya.

Jika tempat indekost kental sekali dengan sikap personal, dimana setiap penghuninya sangat individualistik, Asrama sangat kental dengan muatan kebersamaan dalam sebuah ikatan asrama. Walaupun setiap penghuninya tersekat dalam kamar-kamar yang berbeda seperti kost. Menanamkan sikap nasionalisme di asrama tentu dapat dilihat dari sikap dan perilaku seperti :

1. Mematuhi aturan yang berlaku
2. Mematuhi hukum yang berlaku dalan Negara Republik Indonesia
3. Melestarikan budaya Indonesia
4. Melakuan Apel bendera
5. Berprestasi sesuai dengan bidang yang ditekuni
6. Menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Menumbuhkan semangat nasionalisme diasrama mahasiswa tentu tidak sebatas dalam sebuah ide dan rencana semata, namun harus tertuang dalam sebuah program-program yang dilakukan bersama seluruh komponen yang ada didalam asrama. Program-program tersebut dapat berupa :

1. Pengkamaran. Pembagian kamar setiap mahasiswa dikondisikan sedemikan rupa agar dalam satu kamar minimal dihuni oleh minimal mahasisa dari tiga daerah yang berbeda.
2. Pagelaran budaya daerah dalam kegiatan asrama seperti Asrama Night setiap pergantian tahun yang menampilkan keragaman budaya dari masing-masing daerah dimana para penghuni berasal
3. Festival Kuliner Daerah. Sebagai ajang pengenalan dan promosi kuliner daerah yang sangat beragam dan beraneka rasa, rupa dan aroma. Di Asrama hal ini diaktualisasikan dalam program Asrama Festival setiap tahun menjelang masuknya Bulan Ramadhan.
4. Pembinaan Spiritual sebagai implementasi sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Membiasakan penghuni asrama untuk beribadah secara bersama (berjama’ah) terutama diwaktu mereka berada di Asrama : Shalat Maghrib, Isya dan Subuh. Termasuk buka puasa bersama baik pada bulan Ramadhan maupun diluar bulan Ramadhan.
5. Apel Bulanan. Ketika memasuki Perguruan Tinggi tentu tidak ada lagi upacara rutin seperti saat sekolah dulu setiap hari Senin Pagi. Jarang sekali terdengar alunan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Pembacaan Pembukaan UUD 1945 dan bersama-sama membaca teks Pancasila. Hal ini bukan sekedar sebuah nostalgia kegiatan saat sekolah dulu, tapi memutar kembali semua spirit dan ruh nasionalisme.

Benih nasionalisme bukan hanya perlu ditanam semata, namun harus disiapkan lahan yang tepat untuk ia dapat tumbuh dan berkembang semakin kokoh dalam setiap individu maupun kolektif manusia Indonesia. Dan Asrama mahasiswa menjadi salah satu diantara taman-taman untuk menumbuh suburkan nasionalisme tersebut.

10032020
#SelasAsrama
#AsramaUTS
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me