Langsung ke konten utama

[APA YANG BISA DILAKUKAN JIKA HANYA MENJADI BUIH?]

Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).

Jika anda melihat lautan pasti akan melihat dua hal : OMBAK dan BUIH. Kecil ataupun besarnya ombak berkejaran menuju pantai diatasnya pasti ada buih yang kadang juga terhembus oleh angin sehingga semakin terombang ambing.

Lihatlah dahsyatnya ombak, ia bergerak dari tengah lautan berawal dari hembusan angin, kemudian bergerak dan membesar menerjang pantai, menerjang karang yang kokoh dan sekeras apapun. Ombaknya yang mengikis karang hingga rapuh, pecah dan punah. Dahsyatnya ombak juga dapat menyeret manusia yang berenang ditepi hingga ke tengah.
Tataplah buih, ia hanya mulai nampak saat ombak menuju pantai, riuh dan ramai memutih hanya melapisi atas menutupi sang ombak yang berarak menyapa bibir pantai. Tapi, genggaman buih itu, ia hanyalah kumpulan udara berbalut selaput air yang tipis, hampa, lemah dan tak berdaya.

Jika kita ditakdirkan ada di samudera dan sadar dapat memilih peran, punya potensi menjadi gelombang, kenapa harus memilih menjadi buih? Yang hanya ramai, riuh, semarak, namun lemah, tak berdaya, dan tak dianggap apa-apa?
Aneh rasanya ketika buih bisa mempengaruhi dan mengarahkan kemana arah gelombang atau gelombang yang kehilangan kedahsyatannya karena memilih berkarakter seperti buih yang lemah dan terombang-ambing.

Kalian adalah sang gelombang samudera yang maha dahsyat, kuat dan berdaya. Jangan pernah sekalipun mau dan memilih menjadi buih.

Disadur ulang dengan beberapa tambahan dari Tulisan " Jangan Menjadi Buih, Semarak tapi Lemah " pada halaman 112 Buku Best Seller Inspirasi dan Spirit Menjadi Manusia Luar Biasa.

16032019 05:18 Kamar 1A5
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
Fanpage : IWAN Wahyudi
Twitter : @iwanwahyudi1
Instagram : @iwanwahyudi1
www.iwan-wahyudi.com
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me