Langsung ke konten utama

[Anak Rantau, Kopi dan Strategi]

Bagi saya "anak rantau" masih identik setidaknya pengingat pada para penuntut ilmu yang meninggalkan kampung halamannya menjadi pengelana ilmu didaerah orang. Ya, memang sejak Doeloe itu yang terjadi khususnya di kampung saya. Jarang sekali mereka yang keluar meninggalkan kampung dalam jangka lama selain untuk menuntut ilmu (beda dengan sekarang). Mereka pergi agar lebih cepat dewasa, menjelajahi daerah luar dan kemudin "kembali" untuk membangun tanah kelahirannya.

Minum kopi juga masih identik dengan kampung. Minuman hitam pahit yang memikat bangsa-bangsa di dunia berebut menjajah Indonesia ini. Selain orang tua, anak muda juga mulai menjadikan kopi gaya hidup. Sehingga bertebaran kedai kopi yang tak asing lagi terlihat anak muda didalamnya. Kopi juga masih identik sebagai teman setia -bergadang- mengerjakan tugas dan laporan bagi para anak rantau para mencari ilmu untuk mengusir kantuk.

Mengatur dan mengelola strategi agar dapat survive (bertahan hidup) dirantauan tentu harus dimiliki oleh setiap anak rantau. Hidup mandiri jauh dari orang tercinta yang selama ini mengingatkan ini dan itu, belajar mengatur hidup dan uang belanja karena sekarang sudah tidak bisa numpang makan dirumah lagi, memilih dan memilah teman dan pergaulan sebab sekarang teman semakin beragam asal dan karakternya, menyiasati cara belajar agar dapat kuliah tepat waktu karena tidak semua teman seangkatan lulus barengan seperti di SMA, aktif diorganisasi yang dapat mengasah kemampuan diri dan menambah wawasan intelektual bukan sekedar sebagai pelarian dan penyita waktu semata.

Malam ini saya bahagia mendapat tiga karya literasi terkait ketiga hal itu : anak rantau, kopi dan strategi.

31032018 21:05wita
#IwanWahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
#KomunitasGerimis
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...