Langsung ke konten utama

[ 14 HARI UNTUK APA DAN SIAPA? ]

Empat belas hari atau dua pekan, sejak 16 hingga 29 Maret 2020 esok bagi saya atau sebagian besar anda merupakan waktu yang bersejarah. Belum pernah sebelumnya dalam hidup mengalami instruksi untuk berdiam diri dirumah selama itu. 

Ada yang kurang menyenangkan memang selama 14 hari tersebut, pekerjaan tidak optimal karena harus dilakukan secara online, ada yang terpaksa tak menghiraukan himbauan itu karena harus bekerja serabutan menghidupi keluarga, perjalanan penting tertunda, kegiatan besar yang disiapkan jauh hari terpaksa menggantung pelaksanaannya dan sebagainya. Namun, tak sedikit yang mengambil keuntungan dengan menyalahgunakan 14 hari ini : Pergi berlibur, pulang kampung, nongkrong rame-rame sampe larut malam dan seterusnya.

Saya ingat sebuah pesan seseorang bulan Januari lalu, " Sebenarnya ini untuk apa dan siapa ?". Saya coba mencari jawab dalam kata bercermin, berubah dan bernilai.

Cermin benda datar yang sangat jujur memantulkan bayangan. Sejauh ini sudah sebanyak apa persiapan ?, sudah seberapa dekat dengan-Nya?, seberapa tumpukan kesalahan?, seberapa takutnya ? kita jika benar ini adalah 14 hari atau bulan terakhir kita hidup. 

Berubah, Covid-19 bukan di negara kita pertama kalinya tapi berbulan lalu sudah menimpa Wuhan Cina. Sinyal itu seharusnya sudah bisa tertangkap jelas apalagi belum ada penangkal dan daerah khusus yang kebal kehadirannya. Tanda itu cukup jelas untuk kita berubah, berubah lebih bersih dan menjaga kesehatan, berubah lebih mudah tertib dan taat aturan seremeh apapun itu, berubah lebih menghargai waktu dan hidup, berubah tak egois dan serakah, berubah lebih tawakal diatas segala ikhtiar.

Bernilai. 14 hari ini bukan waktu menurunkan semua produktifitas karena dirumahkan. Bahkan dengan itu kita makin punya waktu luang untuk istirahat, menengok rumah yang tak terurus, membersamai keluarga yang waktunya tersita oleh kerja, membaca buku yang lama dibeli atau dipinjam tapi cuma berkawan debu, menyelesaikan tulisan yang menggantung di persimpangan alur tak jelas dan sebagainya.

So.. setelah 14 hari ini harus ada yang berbeda dari kita, tentu berbeda menjadi lebih baik. Karena 14 hari ini waktu yang sangat mahal sekali dan terasa begitu lambat bergerak dan membosankan bagi sebagian besar kita bukan? Iya, untuk menghambat laju penularan Covid-19, memutus mata rantai bagi yang telah tertular, memastikan diri kita bebas dari hingga pan virus. Membosankan karena terisolasi oleh apapun yang selama ini membersamai kita, menahan keinginan atas dasar kepentingan bersama yang besar yaitu nilai kemanusiaan. 

Semoga kita dapat melewati 14 hari ini, atau bahkan bisa lebih jika masa "perlawanan" terhadap Covid-19 ini harus diperpanjang. Lebih berlapang dada dan bahagia walau banyak hal yang harus ditunda, dihentikan sementara bahkan ditiadakan sama sekali. Yakin, segala takdir itu yang terbaik dari-Nya untuk kita, selama ikhtiar maksimal dan do'a terlangit bersenyawa dalam diri kita.

24032020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me