Saat itu beliau mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten Bima dan terpilih dari Dapilnya, tapi berbeda dengan calon lain beliau memilih tidak dilantik dan melepaskan posisi sebagai anggota dewan. Saya juga terheran-heran mendengar cerita ini, tentu bukan langsung dari pak dokter Irfan (saya akrab menyebut beliau).
Saya tidak mencari tau alasan pasti beliau tidak mengambil posisi itu. Kemudian hari saya mendapatkan sendiri salah satu jawaban itu dalam kacamata sederhana saya. Beliau membuka praktek sebagai dokter di rumahnya dari pagi hingga menjelang Dzuhur (hampir semua dokter saat itu hanya buka praktik sore) dan kemudian dilanjutkan sore hari sebagaimana kebanyakan dokter praktek lainnya. Iya mungkin beliau lebih memilih banyak waktu melayani kesehatan masyarakat, berinteraksi dengan masyarakat dan mengamalkan ilmunya kepada masyarakat. Menemui alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini sejak dulu hingga sekarang tak sulit, silahkan datang ketempat praktek beliau pagi, sore atau malam selalu terbuka. Bukan perihal sakit dan kesehatan saja sebenarnya, banyak masyarakat yang memiliki permasalahan beliau carikan solusi dan jalan keluar. Sehingga jangan heran saat pilkada ini rumah dan posko utama dokter yang memiliki senyum khas selalu banyak didatangi tamu dari masyarakat umum.
Dalam setiap kegiatan pengobatan gratis yang dilakukan oleh PKS diberbagai pelosok Bima beliau selalu ikut serta. Pemahaman beliau terkait kondisi kesehatan masyarakat Bima dan bagaimana menanganinya saya tidak perlu meragukannya lagi. Jadi kalau salah satu program beliau menginap dan menyapa masyarakat desa sekali sepekan itu bukan hal yang sulit karena itu sejak lama dilakoninya setiap akhir pekan.
Saya mengenal beliau dipenghujung kelas III SMA. Pasca Kegiatan Pesantren Kilat kami tergabung dalam Pusat Informasi dan Studi Islam (PINSI) melakukan diskusi keIslaman rutin tiap Ahad pagi dan salah satu pematerinya Dokter Irfan. Saya suatu hari pernah diantar pulang di supiri oleh beliau.
Setiap Reses Anggota DPRD Provinsi atau tamu Partai baik dari wilayah maupun pusat jika ke Bima selalu menginap di rumah beliau. Saya pada saat mendampingi Pak Suryadi Jaya Purnama, ST di DPRD NTB (beliau juga ketua DPW PKS NTB) saat itu selalu singgah di rumah dokter Irfan. Sampai saya tau persis menu dan agenda pagi beliau melayani tamunya. Kami biasanya sarapan di pasar Bima (pedangan pasar hingga tukang parkir akrab sekali disapa dan menyapanya) dan kemudian menikmati kopi Arab dirumah beliau sebelum melakukan aktifitas lainnya.
Tak hanya bidang kesehatan, perhatian beliau dalam pendidikan dapat dilihat dengan mendirikan TK-SMP Islam Terpadu Insan Kamil yang sampai saat ini menjadi salah satu sekolah favorit di Bima.
Dalam kontestasi pilkada kabupaten Bima 9 Desember 2020 PKS mengamanahkan beliau sebagai salah satu kandidat calon Bupati Kabupaten Bima berpasangan dengan Bang Herman Alfa Edison (pasangan IMAN) nomor urut 1. Ini kesempatan berharga dan mahal bagi masyarakat Bima, tentu sejarah jarang terulang kembali dalam waktu singkat. Jika masalah kesehatan dan pendidikan menjadi PR yang belum juga tuntas selama ini, dokter Irfan tak diragukan lagi karena beliau konsen dalam hal ini. Bila permasalahan Bima hari ini terkait komunikasi, jarak antara pemimpin dan rakyat atau ruang bagi pemuda yang belum optimal, dokter Irfan melakoni hal tersebut dalam kesehariannya.
Pilihan-pilihan kita, merupakan jawaban atas permasalahan yang selama ini dirasakan. Jika jawaban kita selalu salah maka jangan salahkan siapa-siapa jika masalah yang sama selalu kita hadapi dan tak kunjung usai. Jadi, pada tanggal 9 Desember 2020 besok, jangan ada yang Golput. Mantapkan niat dan pastikan suara bulat mandat rakyat pada dokter Irfan (IMAN nomor 1)
Komentar
Posting Komentar