Langsung ke konten utama

[MENOLAK DIJAJAH LAGI]


“Bagi pemuda Indonesia, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dasar lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali “ -Drs. Moh. Hatta-

Siapa yang pernah mengalami penjajahan pasti tau dan tak mungkin melupakan pahit dan sengsaranya menjadi manusia jajahan.

Siapa yang hidupnya tanpa kemerdekaan, merasakan betapa tak berharganya diri atas dirinya sendiri yang memiliki hak merdeka dari tuhan.

Siapa yang berposisi sebagai antek dan kacung orang lain. Jangan berharap punya harga diri bahkan untuk menentukan nasibnya, menegakan nuraninya dan mengungkapkan isi pikirannya yang jernih dan gemilang.

Salah satu kisah heroik menolak kembali di jajah adalah Bandung Lautan Api. Rakyat Bandung membakar kota mereka sendiri pada tanggal 24 Maret 1946 sebagai bentuk perlawanan terhadap tentara Sekutu yang ingin menguasai Bandung setelah Indonesia merdeka. 

Pemuda Indonesia sebagai darah segar yang mengalir dalam nadi Republik ini, sejak dulu, sekarang dan esok selalu mengambil peran sebagai garda terdepan menolak penjajahan.

Bukan hanya penjajahan pada generasinya saat itu saja, tapi mewariskan kondisi terjajah pada generasi selanjutnya. Bukankah itu sebuah kehinaan tanpa kehormatan di mata anak cucu bangsa ini kelak.

Berhentilah hidup pura-pura gembira seperti binatang sirkus. Lincah loncat sana, atraktif sini. Di sambut riuh tepuk tangan penonton dan kilatan lampu kamera dan HP. Tapi lupa ia cuma binatang peliharaan tuan yang menjajahnya. Tidak manut, jatah nasi bungkus berkurang. Tidak nurut akan disiksa hingga patuh. 

Jika kita Indonesia macan Asia, harus mengaum dan ditakuti bangsa lain. Bukan tunduk dan menjadi macan sirkus negara adi kuasa sekalipun. Dan pemuda punya tanggung jawab lebih mengembalikan dan membebaskannya. 

#MariBerbagiMakna #MemungutKataKata #InspirasiKemerdekaan #InspirasiWajahNegeri #reHATIwan #reHATIwaninspiring #IWANwahyudi
@rehatiwan @rehatiwaninspiring 
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...