Ada pepatah, "Air susu dibalas dengan air tuba." Tidak semua orang mengerti di baikin. Jangankan membalas dengan kebaikan, minimal ucapan terima kasih, kadang malah di jahatin.
Namun, jangan sampai karena kebaikan tidak dihargai menjadikan diri kapok berbuat baik. Berhenti beramal karena ghibahan golongan julid. Berarti niat kita rapuh oleh cemoohan mereka, tekad kita kalah karena gosip mereka dan ketulusan kita terkotori celaan mereka.
Pun jangan pula akibat pujian, beramal jadi semangat. Sebab penghargaan kebaikan meningkat, mengharap balasan orang sebagai alasan menebar kebajikan.
"Tanda-tanda keikhlasanmu adalah, engkau tidak pernah menoleh kepada pujian dan sanjungan manusia. Juga tidak ambil pusing dengan celaan dan cercaan mereka. Jangan engkau terkagum-kagum dengan amal-amalmu, karena kekaguman itu dapat merusak dan menghapus kebaikan-kebaikan yang engkau telah kerjakan." (Syaikh Abdul Qadir Jailani)
Bila kebaikan mu tak ada yang melihat, Allah Maha Melihat. Saat manusia tak menghargai perbuatan mu, Allah sebaik-baik pembeli balasan. Ketika manusia membalas dengan kejahatan, jangan bersedih.
Dr. Aidh Al-Qarni pernah menyampaikan, "Yang pertama kali merasakan nikmat memberi manfaat adalah mereka yang melakukannya. Mereka akan merasakan 'buah'nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang, tenteram dan damai."
Berat memang, tapi kian berat suatu perjuangan makin besar ganjaran. Dan Allah swt punya cara-Nya sendiri yang tak terduga oleh manusia.
Cordova Street A-03, 19 Juni 2025
#MariBerbagiMakna #reHATIwan #reHATIwanInspiring #MemungutKataKata #Gerimis30Hari #Gerimis_Juni25_19 #IWANwahyudi
@gerimis30hari @ellunarpublish_ @rehatiwan @rehatiwaninspiring
www.rehatiwan.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar