Langsung ke konten utama

193 [IQRO UNTUK DESA KEDARO]

 


Genap sembilan tahun sejak buku karya pertama saya lahir Ramadan tahun 2016 silam. Ada satu yang tetap tertulis dan tidak berubah selain nama penulis di sampul buku-buku tersebut, "10% keuntungan penjualan buku untuk dakwah dan kemanusiaan". Penerbit dan disain sampul boleh saja berganti. Sejak buku kedua, bukan lagi hanya dari keuntungan penjualan, tapi dari semua penjualan. Paham kan bedanya?


Buku pertama itu proses bersalinnya mepet sekali dengan Ramadan yang akan berakhir dan kedatangan hilal Idulfitri dengan libur cuti bersamanya. Setelah semua selesai tinggal persetujuan akhir untuk terbit dan naik cetak, entah bisikan dari mana, terpikir mencantumkan 10% itu. Saya hubungi Kang Syamsudin Kadir editor agar ditambahkan, wajib sifatnya. Alhamdulillah bisa.



Dalam perjalanannya bukan hanya 10% dari harga buku yang dibayarkan oleh pembeli saja, malahan pembaca ada yang menitipkan rezeki setelah melihat postingan bahwa dana tersebut diserahkan dalam bentuk bantuan buku IQRO untuk daerah terpencil di Bima-Dompu khususnya dan NTB pada umumnya.



Pekan lalu, tepatnya Rabu 11 Juni 2025. Saya menunaikan amanah para pembaca buku terbaru saya yang terbit bulan Januari lalu, "Buku, Pena, dan Kita" ke Desa Kedaro, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Saya dibantu alumni Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) yang juga aktivis KAMMI, putra desa Kedaro, Sahrel Gunawan dan Muhammad Sahidin.

Dua titik di Dusun Majapahit diterima guru ngaji Amaq Sare dan Ustadz Mujahidin TPQ Raudatuttalibin. Dua titik lainnya di Dusun Lendang Guar diserahkan pada Ustadz Rifa'i dan Ibu Fatimi.



Para penerima bersyukur mendapatkan bantuan Iqro yang sangat diperlukan dalam menunjang proses belajar baca Qur'an. Ucapan salam dan terima kasih pada para pembaca yang telah mendonasikan rezekinya.

Cordova Street A-03, 17 Juni 2025

#MariBerbagiMakna #reHATIwan #reHATIwanInspiring #MemungutKataKata #Gerimis30Hari #Gerimis_Juni25_18 #IWANwahyudi

@gerimis30hari @ellunarpublish_ @rehatiwan @rehatiwaninspiring

www.rehatiwan.blogspot.com

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...