Saya tak mahir membaca puisi apalagi menulis puisi. Tapi setidaknya pernah. Saat Sekolah Dasar (SD), tiap penghujung bulan Sya'ban di mushalla tempat saya mengaji akan di adakan acara menyambut Ramadan. Selama sebulan itu jadwal ngaji yang berdurasi dari bakda Maghrib hingga Isya akan libur. Saya selalu mendapat jatah membaca puisi yang sudah disiapkan jauh-jauh hari oleh ustadz. Nas, sang guru ngaji.
Waktu SMP, pelajaran Bahasa Indonesia membahas tentang puisi. Masih membekas hingga kini puisi "Aku" dan "Krawang-Bekasi" karya Chairil Anwar. Anak sekolah masa itu pasti tau puisi-puisi ini. Mulai saat itu hingga SMA, saya coba corat-coret kata menyusun puisi. Tak mudah memang karena memiliki kaidah nya tersendiri. Berat, bagi saya saat itu.
Hingga sekarang cuma ada belasan puisi yang saya hasilkan. Sebagiannya karena ada kewajiban menulisnya untuk mengikuti antologi bersama.
Di Indonesia Hari Puisi diperingati sebanyak dua kali. Keduanya tak lepas dari sosok penyair Indonesia Chairil Anwar. Hari Puisi Nasional diperingati merujuk pada tanggal wafatnya Chairil Anwar 28 April 1946 dan Hari Puisi Indonesia diperingati sesuai lahirnya 26 Juli 1922.
https://rehatiwan.blogspot.com/2021/04/chairil-anwar-pemberontak-yang-ingin.html
Usianya tak sampai genap 27 tahun, ia mati muda. Jika masih hidup tahun ini ia berusia 103 tahun. Karyanya akan terus dikenang hingga "ingin hidup seribu tahun lagi" sebagaimana puisinya.
Selamat Hari Puisi Nasional
Cordova Street A-03, 28 April 2025
@rehatiwan @rehatiwaninspiring
Komentar
Posting Komentar