Langsung ke konten utama

077 [BUKBER IRIT UANG SAKU]


Saya menjadikan azas hemat uang jajan atau uang saku sebagai alasan buka puasa bersama alias bukber. Setidaknya itu berlaku dari SD hingga kuliah. 

Waktu SD yang saya tempuh 6 tahun, cuma sekali ikut bukber di sekolah. Sederhana alasannya, dua kali ke sekolah dan dua kali keluar uang saku naik angkot karena paginya sekolah normal. Dan bukber di rumah lebih nikmat dan khidmat walaupun menu sederhana bersama keluarga. Gratis lagi. 

Enam kali Ramadhan selama SMP dan SMA, tak sekalipun saya ikut bukber di sekolah. Lagi-lagi hitungannya uang bukber jauh lebih mahal dibanding biaya masak sendiri di kos buat berbuka. Sederhana atasnya, hemat. 

Kalau kuliah beda lagi, ikut bukber bukan sebuah pemborosan, tapi langkah hemat uang saku. Undangan bukber dari tingkat program studi, jurusan, dekanat hingga universitas yang dilaksanakan oleh kampus seperti berstempel "wajib" dihadiri. Selain gratis juga perbaikan gizi bagi kami anak kos. Iya gak sih? . Apalagi undangan bukber dari pejabat. Pasti jadi prioritas bagi aktivis. 

Nah, bukber akan mulai beda orientasinya saat sudah berpenghasilan. Nuansa nostalgia dan reuni lebih dikedepankan. Mulai dari bukber alumni SD, SMP, SMA, Angkatan Kuliah, Kelompok KKN, Organisasi, Komunitas dan sebagainya. 

Saya akhirnya berkesimpulan, bukber itu tergantung niat dan kondisi masing-masing orang. Ini yang perlu diperhatikan oleh pihak penyelenggara bukber. Bukan hitung-hitungan berapa jumlah kolektif calon peserta bukber. 

Karena saya pernah punya pengalaman inisiasi acara bukber alumni. Dipinggir pantai dan menu nasi lalap ayam dengan uang urunan masing-masing satu porsi. Eh yang senang mereka datang bawa pasangan dan para bocilnya banyak. Modal uang satu porsi bisa dapat bukber sekeluarga sampai 5 porsi. Panitia yang bangkrut. 

Rumah Merpati 22, 12 Maret 2025
#ceritaramadanku2512 #MariBerbagiMakna #MemungutKataKata #IWANwahyudi #EnergiRamadan
#JelajahRamadan #reHATIwanInspiring 
@sobatnulis.ig @rehatiwaninspiring 
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...