Langsung ke konten utama

074 [SULTAN ABDUL KAHIR I KESULTANAN BIMA MANGKAT]

 


Sultan  Abdul Kahir I, Sultan pertama Kesultanan Bima mangkat pada tanggal 8 Ramadhan 1050 H atau tanggal 22 Desember 1640 M.  

Sebelum memeluk Islam sultan yang diberi gelar “Ruma Ta Ma Bata Wadu” ini memiliki nama “LaKa’I”. Ia putra pertama dari Mantau Asi Sawo, dilahirkan di Bima pada tahun 1020 H (1601 M).

Akibat adanya konflik di internal istana, LaKa’i hijrah ke Makassar pada tahun 1623 M selama belasan tahun. Pada bulan Muharram 1050 H (Mei 1640 M) dengan bantuan Makassar ia berhasil merebut kembali istana dengan mengalahkan Salisi yang bersekutu dengan Belanda.

Pada tanggal 15 Rabi’ul Awal 1050 H atau tanggal 5 Juli 1640 M ia dilantik menjadi sultan pertama kesultanan Bima melalui upacara Tuha Ro Lanti (penobatan dan pelantikan) yang dilaksanakan oleh Majelis Hadat Kesultanan Bima dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat.

Sultan yang meletakan Islam sebagai landasan Kesultanan Bima ini mengucap dua kalimat syahadat dan mengganti nama menjadi Abdul Kahir pada 15 Rabi’ul Awal 1030 H atau 7 Februari 1621 M dihadapan para mubalig.

Sultan mangkat setelah 6 bulan memerintah dan dimakamkan di pemakaman Bukit Dana Taraha di atas puncak bukit sebelah Selatan Istana Kesultanan Bima. Walaupun singkat, namun sangat memberi perubahan besar pada arah kesultanan yang berada di Timur Pulau Sumbawa itu kemudian hari.

Rumah Merpati 22, 11 Maret 2025

#JelajahRamadan #jelajahramadhan #EnergiRamadhan #MariBerbagiMakna #MemungutKataKata #reHATIwan #rehatiwanisnpiring #IWANwahyudi

@rehatiwaninspiring @rehatiwan

www.rehatiwan.blogspot.com

 

Sumber Referensi :

M. Hilir Ismail & Alan Malingi, 2018. Jejak Para Sultan Bima. Penerbit CV. Adnan Printing

Iwan Wahyudi, 2020. Energi Ramadhan. Olat Maras Publishing. Sumbawa.

 

Sumber Foto Makam Dana Taraha : https://benyaminlakitan.wordpress.com/2014/11/29/indonesia-140-makan-sultan-bima-di-dana-taraha/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...