Ramadhan seperti ini ada yang tak bisa begitu
saja di
buang dalam ingatan saya dan keluarga besar
Asrama Universitas Mataram (Asrama putra samping Gedung PKM sekarang), saya
kurang tau apakah sampai saat ini kebiasaan itu masih ada atau sudah punah
termakan waktu dan pergantian generasi?
Jika jam telah menunjukkan pukul 04.00 dini
hari, sudah bisa dipastikan bila Anda belum bangun,
maka pintu kamar akan ‘digedor’ hingga ada jawaban dari dalam kamar bahwa
sang penghuninya telah bersatu kembali antara fisik dan nyawa. Sesaat kemudian
pasti akan ada teriakan. "Yang mau nasi bisa ambil dikamar II.17, bawa piring sendiri" atau "Butuh kerupuk dan sambel merapat ke kamarnya
Ruslan", bisa juga," Siapa yang mau sayur ke kamarnya
Baba".
Suatu malam masih di bulan Ramadhan,
saya mengajak adik
tingkat menginap. Di kamar kami hanya tersisa
nasi. Saat ritual sahur
itu tiba, saya sibuk ke
luar masuk kamar sambil membawa masuk lauk dan
sayur, terakhir teh panas dan potongan mangga yang sudah masak. Mungkin karena
penasaran dan heran, junior ini bertanya.,
"Bang tadi lauk dan lain-lain
dapat dari mana, beli ya?" Saya jelaskan tradisi sahur anak asrama Unram
yang entah sejak kapan ini bermula
(yang jelas saat saya masuk hingga ke luar asrama hal ini masih dilestarikan).
Sambil geleng kepala si junior menanggapi, "Bang kita aja yang satu kontrakan jarang saling
bangunin apalagi bagi-bagi makanan sahur, paling kalo
saling ajak sahur ke warung".
Di asrama ini, bukan dihuni oleh
mereka yang punya waktu luang cukup banyak. Semua isinya aktivis (aktivis
beneran, bukan cuma mahasiswa yang berangkat pagi pulang malam),
dari mulai Ketua BEM Universitas sampai ketua Organisasi Mahasiswa
ekstrakampus, atau para asisten laboratorium/dosen
yang seharian kebanyakan berkutat di
laboratorium. Anda bayangkan mereka masih sempat masak sahur dan berbagi santapan
sahur. Padahal jika mau langsung makan di warung, mereka bisa saja,
toh semua dapat beasiswa (mulai dari BBM, PPA hingga Supersemar,
ini beasiswa yang paling banyak kuotanya,
apalagi bagi aktivis).
Jumlah kamar di asrama
berlantai dua itu tak lebih dari dua puluh (sekarang asrama putra). Jadi,
warga asrama tidak mudah, perlu seleksi ketat
dan masa karantina (uji coba tinggal) selama sebulan. Untuk melihat ketangguhan
personal dan interaksi sosial si calon penghuni.
Jika masih di asrama,
tidak perlu khawatir untuk ketinggalan makan sahur, tak ada satupun yang akan
terlewati bahkan bagi yang tidak sempat menyiapkan apapun. Kecuali bagi mereka
yang tidurnya pulas tak bisa terbangun oleh gedoran pintu.
Rumah Merpati 22, 7 Maret 2025
#CeritaRamadanku #ceritaramadanku2507 #JelajahRamadan #jelajahramadhan #MariBerbagiMakna #MemungutKataKata #reHATIwan #rehatiwanisnpiring #IWANwahyudi
Komentar
Posting Komentar