Ruang interaksi menyediakan tempat untuk berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak. Sehingga membutuhkan bahasa dan kata untuk menyampaikan pesan dan isi perasaan. Lisan menjadi aktor utama. Walaupun tak bertulang ia sangat lihai membuat orang bahagia, bahkan jika tidak dijaga akan meninggalkan banyak luka.
Allah SWT Maha Mengetahui setiap apa yang ada dalam hati hambanya. Apakah benar dengan yang diucapkan. Kadang ada gap antara kata yang keluar dengan isi kepala dan hati mereka.
Sehingga ketergelinciran kata begitu diperingatkan bahayanya, "Mereka dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan." (QS. Al-Maidah:64). Langit saja melaknat, apalagi penduduk bumi.
Akhir-akhir ini terasa sekali para oknum pemimpin memilih dan menggunakan kata dengan rasa "bahasa terminal" atau ceplas-ceplos "kalimat pasar". Kemudian akan viral dan menjadi kata yang menjadi tutur hingga ke anak-anak. Kata yang kasar dan kurang santun akhirnya memenuhi jagad interaksi bukan hanya pada yang sebaya, tapi juga saat berbicara pada yang lebih tua. Kata "anjir" yang berasal dari nama hewan "anjing" merupakan bentuk umpatan, kini sudah menjadi ucapan lumrah dan nyaris sering didengar dalam keseharian. Nah, sebentar lagi kata "ndasmu" berpotensi serupa.
Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda pada Muadz bin Jabal seraya menunjuk lisannya, "Jaga ini baik-baik."
Lalu Muadz bertanya, "Apakah kita dihukum atas apa yang kita ucapkan wahai Rasulullah?"
Kemudian Nabi menjawab, "Kamu ini bagaimana wahai Muadz. Tidaklah orang-orang ditelungkupkan di atas wajah mereka di neraka melainkan karena lisan-lisan mereka!."
Jangan remehkan setiap perkataan. Satu kata dapat membawa ke surga dan bisa menjerumuskan ke neraka.
"Maka, Allah memberi pahala kepada mereka atas sesuatu yang mereka ucapkan." (QS. Al-Maidah:85)
Rumah Merpati 22, 24 Februari 2025
#rehatiwanisnpiring #MariBerbagiMakna #IWANwahyudi #MemungutKataKata
www.rehatiwan.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar