Langsung ke konten utama

042 [TUNA KETELADANAN]


Dua hari yang lalu ada razia. Dari kejauhan  saya sudah melihat para petugas kepolisian dan Samsat yang sedang menggelar operasi disiplin berkendara itu. 

Sebagian pengendara motor ada yang putar balik arah, pasti mereka yang tidak melengkapi diri dengan surat-surat berkendara. Saya santai, aja melaju karena merasa semua lengkap tersimpan di dompet. Motor menepi dihadapan petugas berseragam coklat. Buka dompet, keluarkan STNK dan menyerahkan untuk diperiksa. Sambil menunggu petugas membaca tanggal jatuh tempo pembayaran, saya menyiapkan SIM. STNK dikembalikan, ditukar dengan SIM. "SIM nya sudah mati pak", di sini mulai kaget saya. Razia dua pekan lalu, aman-aman saja. 
"Sepertinya jarang razia SIM, jadi jarang dilihat pak ya". Dalam hati saya sudah pasrah, bakal kena tilang ini, ditambah buat/perpanjangan SIM perlu uang lagi. 
Belum tuntas kegelisahan saya, pak polisi kembali bersuara, "Silahkan lanjutkan perjalanan pak, besok SIM nya silahkan diperbaharui." Kaget dan plong juga. Lepas dari tilang SIM mati. 

Hal serupa -SIM mati karena lupa- bukan yang pertama kali. Ini kali ketiga menimpa saya. Asli ini bukan disengaja, tapi benar-benar lupa. Ternyata hal yang sama terjadi pada seorang bapak yang tadi pagi bersama saya mengurus kembali SIM di kantor Polres. "Ini pengalaman kedua, saya lupa dan kena razia SIM", kata pria itu sambil geleng-geleng kepala. 

Perihal administrasi berkendara mungkin hal sepele yang tak langsung merugikan orang lain di jalan. Dibandingkan kebut-kebutan, knalpot brong yang suaranya memekakkan telinga, tak memakai helm, kendaraan tak berplat nomor, dan sejenisnya yang bisa mencelakakan diri lebih-lebih orang lain. Tapi ini masalah kewajiban dan konsekuensi kita berkendara dan memiliki kendaraan. 

Bang, kan banyak juga itu kendaraan dinas yang plat nomornya kelolosan belum bayar pajak, oknum aparat yang berseragam tidak pakai helm santai aja berkendara dengan kacamata hitam, itu bagaimana? Itu salah satu sumber masalah, apalagi kalau sudah jadi karakter di kehidupannya. Oknum macam ini yang jadi alasan rakyat tidak patuh pada aturan yang mereka buat sendiri. 

Jangan harap negeri tertib, jika tuna keteladanan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...