Dua hari yang lalu ada razia. Dari kejauhan saya sudah melihat para petugas kepolisian dan Samsat yang sedang menggelar operasi disiplin berkendara itu.
Sebagian pengendara motor ada yang putar balik arah, pasti mereka yang tidak melengkapi diri dengan surat-surat berkendara. Saya santai, aja melaju karena merasa semua lengkap tersimpan di dompet. Motor menepi dihadapan petugas berseragam coklat. Buka dompet, keluarkan STNK dan menyerahkan untuk diperiksa. Sambil menunggu petugas membaca tanggal jatuh tempo pembayaran, saya menyiapkan SIM. STNK dikembalikan, ditukar dengan SIM. "SIM nya sudah mati pak", di sini mulai kaget saya. Razia dua pekan lalu, aman-aman saja.
"Sepertinya jarang razia SIM, jadi jarang dilihat pak ya". Dalam hati saya sudah pasrah, bakal kena tilang ini, ditambah buat/perpanjangan SIM perlu uang lagi.
Belum tuntas kegelisahan saya, pak polisi kembali bersuara, "Silahkan lanjutkan perjalanan pak, besok SIM nya silahkan diperbaharui." Kaget dan plong juga. Lepas dari tilang SIM mati.
Hal serupa -SIM mati karena lupa- bukan yang pertama kali. Ini kali ketiga menimpa saya. Asli ini bukan disengaja, tapi benar-benar lupa. Ternyata hal yang sama terjadi pada seorang bapak yang tadi pagi bersama saya mengurus kembali SIM di kantor Polres. "Ini pengalaman kedua, saya lupa dan kena razia SIM", kata pria itu sambil geleng-geleng kepala.
Perihal administrasi berkendara mungkin hal sepele yang tak langsung merugikan orang lain di jalan. Dibandingkan kebut-kebutan, knalpot brong yang suaranya memekakkan telinga, tak memakai helm, kendaraan tak berplat nomor, dan sejenisnya yang bisa mencelakakan diri lebih-lebih orang lain. Tapi ini masalah kewajiban dan konsekuensi kita berkendara dan memiliki kendaraan.
Bang, kan banyak juga itu kendaraan dinas yang plat nomornya kelolosan belum bayar pajak, oknum aparat yang berseragam tidak pakai helm santai aja berkendara dengan kacamata hitam, itu bagaimana? Itu salah satu sumber masalah, apalagi kalau sudah jadi karakter di kehidupannya. Oknum macam ini yang jadi alasan rakyat tidak patuh pada aturan yang mereka buat sendiri.
Jangan harap negeri tertib, jika tuna keteladanan.
Komentar
Posting Komentar