Sultan Mehmed II atau Muhammad
al-Fatih yang sejak usia dua belas tahun mengucapkan penaklukan Konstantinople
sebagai mimpi besarnya. Sejak kecil ia berada dalam
bimbingan Mufti istana, Syaikh Aaq Syamsuddin. Mimpi yang berawal dari hadits
yang selalu dibacakan oleh sang guru
Rasulullah
ditanya oleh salah seorang sahabat. ''Ya
Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke tangan kaum Muslimin, Konstantinopel
atau Romawi?'' Nabi menjawab,''Kota
Heraklius (Konstantinopel). (HR Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim). Dan yang akan
menaklukannya adalah sebaik-baik pasukan, sebaik-baik panglima.
Dan benar Sabda Rasulullah itu menjadi salah satu program terbesarnya ketika
ia memimpin sejak tanggal 5 Muharram 855 H atau 7 Februari 1451 M.
Pada usianya yang masih belia 23 tahun, Muhammad Al Fatih menaklukan
Konstantinopel tepat 29 Mei 1453 M. Berselang 825 tahun sejak hal tersebut disampaikan oleh Rasulullah SAW dan belum mampu
dicapai oleh pemimpin dan pasukan Islam sebelumnya.
Lelaki ini lumpuh sejak usia
remaja. Kemana-mana dengan kursi roda, bicaranya terbata-bata bahkan suaranya
kecil hampir kehabisan bunyi. Dalam beragam keterbatasannya itu tak membuat
mimpinya lumpuh dan terhenti. Ia memilih menjadi guru agama Islam di sebuah
sekolah dasar. Konon, tiap kali ia mengajarkan sesuatu, murid-muridnya bagai
tersengat, mereka begitu semangat mengamalkan apa yang diajarkannya.
Suatu hari ia menyinggung
tentang shalat malam. Paginya para wali murid memprotes pihak sekolah karena
anak-anak mereka jadi bergadang semalaman menanti sepertiga akhir malam untuk
shalat. Kekuatan apa yang dimiliki oleh guru lumpuh itu. Tak lain kekuatan jiwa
dan mimpinya menyatu disana.
Kelumpuhannya tak menjadi
halangan ia untuk dijebloskan dalam penjara Israel. Seberbahaya itukan lelaki
pesakitan ini. Ia bernama Ahmad Yasin, pendiri gerakan perlawanan Palestina
yang menentang pendudukan zionis Israel diwilayahnya, Harakat al-Muqawamah
al-Islamiyyah (HAMAS).
Subuh itu hari Senin, 22 Maret 2004, helikopter Israel menghantamkan 3 roket
ke kendaraan yang ditumpangi. Akhirnya tak hanya fisik, tapi juga jiwa
tak lagi dibumi, ia syahid. Tapi, mimpinya menjalar hingga kini dan nanti pada
orang-orang Palestina bahkan dunia melawan penindasan dan genosida Israel.
Lelaki energik ini sejak kecil bermimpi dapat membuat
pesawat. Bukan sekedar pesawat kertas, tapi pesawat benaran. Dengan uang
sendiri dari ibu yang telah ditinggal suami, ia melanjutkan studi teknik
penerbangan, spesialisasi kontruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman
Barat Ia memiliki banyak paten atas temuannya.
Pada tahun 1973 ia kembali ke tanah air dan diangkat
menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek). Tahun 1976 ia diangkat
menjadi Direktur Industri Pesawat Terbang Nusantara/IPTN (PT. Dirgantara
Indonesia/PTDI sekarang). Mimpinya kian dekat.
Pada 5 Agustus 1995, sebagai kado peringatan 50 tahun
kemerdekaan Indonesia, ia bersama anak-anak bangsa lainnya memberi kado pesawat
N250 Gatotkaca yang terbang diatas langit Indonesia. Lelaki itu bernama
Baharudin Jusuf Habibie, presiden ke-3 Republik Indonesia.
Tiga tokoh yang diceritakan diatas hanya sebagian dari
mereka yang memiliki mimpi dan menjalarkannya. Mimpinya tak hanya sebatas waktu
tidur, tapi melebur dalam diri untuk mewujudkannya di alam nyata. Mempi itu
yang kemudian menggerakan raga untuk mengejarnya kemanapun jalan mencapainya.
Mimpi yang menggetar sepanjang waktu dan menyengat sesama. Beresonansi hingga
generasi berikutnya.
Mimpi adalah bagian terindah dan terendah dari visi.
Rumah Merpati 22, 1 Februari 2025. 06:59
#MariBerbagiMakna #Buku #BukuPenadanKita #reHATIwan
#reHATIwanInspiring #28HariCinta #28HC2501 #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi #MemungutKataKata@rehatiwan @inspirasiwajahnegeri @rehatiwaninspiring
Komentar
Posting Komentar