Langsung ke konten utama

032 [MIMPI YANG MENJALAR]

 


Sultan Mehmed II atau Muhammad al-Fatih yang sejak usia dua belas tahun mengucapkan penaklukan Konstantinople sebagai mimpi besarnya. Sejak kecil ia berada dalam bimbingan Mufti istana, Syaikh Aaq Syamsuddin. Mimpi yang berawal dari hadits yang selalu dibacakan oleh sang guru

 

Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabat. ''Ya Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke tangan kaum Muslimin, Konstantinopel atau Romawi?'' Nabi menjawab,''Kota Heraklius (Konstantinopel). (HR Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim). Dan yang akan menaklukannya adalah sebaik-baik pasukan, sebaik-baik panglima.

 

Dan benar Sabda Rasulullah itu menjadi salah satu program terbesarnya ketika ia memimpin sejak tanggal 5 Muharram 855 H atau 7 Februari 1451 M.

 

Pada usianya yang masih belia 23 tahun, Muhammad Al Fatih menaklukan Konstantinopel tepat 29 Mei 1453 M. Berselang 825 tahun sejak hal tersebut disampaikan oleh Rasulullah SAW dan belum mampu dicapai oleh pemimpin dan pasukan Islam sebelumnya.

 

Lelaki ini lumpuh sejak usia remaja. Kemana-mana dengan kursi roda, bicaranya terbata-bata bahkan suaranya kecil hampir kehabisan bunyi. Dalam beragam keterbatasannya itu tak membuat mimpinya lumpuh dan terhenti. Ia memilih menjadi guru agama Islam di sebuah sekolah dasar. Konon, tiap kali ia mengajarkan sesuatu, murid-muridnya bagai tersengat, mereka begitu semangat mengamalkan apa yang diajarkannya.

 

Suatu hari ia menyinggung tentang shalat malam. Paginya para wali murid memprotes pihak sekolah karena anak-anak mereka jadi bergadang semalaman menanti sepertiga akhir malam untuk shalat. Kekuatan apa yang dimiliki oleh guru lumpuh itu. Tak lain kekuatan jiwa dan mimpinya menyatu disana.

 

Kelumpuhannya tak menjadi halangan ia untuk dijebloskan dalam penjara Israel. Seberbahaya itukan lelaki pesakitan ini. Ia bernama Ahmad Yasin, pendiri gerakan perlawanan Palestina yang menentang pendudukan zionis Israel diwilayahnya, Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah (HAMAS).

 

Subuh itu hari Senin, 22 Maret 2004,  helikopter Israel menghantamkan 3 roket ke kendaraan yang ditumpangi. Akhirnya tak hanya fisik, tapi juga jiwa tak lagi dibumi, ia syahid. Tapi, mimpinya menjalar hingga kini dan nanti pada orang-orang Palestina bahkan dunia melawan penindasan dan genosida Israel.

 

Lelaki energik ini sejak kecil bermimpi dapat membuat pesawat. Bukan sekedar pesawat kertas, tapi pesawat benaran. Dengan uang sendiri dari ibu yang telah ditinggal suami, ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi kontruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat Ia memiliki banyak paten atas temuannya.

 

Pada tahun 1973 ia kembali ke tanah air dan diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek). Tahun 1976 ia diangkat menjadi Direktur Industri Pesawat Terbang Nusantara/IPTN (PT. Dirgantara Indonesia/PTDI sekarang). Mimpinya kian dekat.

 

Pada 5 Agustus 1995, sebagai kado peringatan 50 tahun kemerdekaan Indonesia, ia bersama anak-anak bangsa lainnya memberi kado pesawat N250 Gatotkaca yang terbang diatas langit Indonesia. Lelaki itu bernama Baharudin Jusuf Habibie, presiden ke-3 Republik Indonesia.

 

Tiga tokoh yang diceritakan diatas hanya sebagian dari mereka yang memiliki mimpi dan menjalarkannya. Mimpinya tak hanya sebatas waktu tidur, tapi melebur dalam diri untuk mewujudkannya di alam nyata. Mempi itu yang kemudian menggerakan raga untuk mengejarnya kemanapun jalan mencapainya. Mimpi yang menggetar sepanjang waktu dan menyengat sesama. Beresonansi hingga generasi berikutnya.

 

Mimpi adalah bagian terindah dan terendah dari visi.

 

Rumah Merpati 22, 1 Februari 2025. 06:59

#MariBerbagiMakna #Buku #BukuPenadanKita #reHATIwan #reHATIwanInspiring #28HariCinta #28HC2501 #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi #MemungutKataKata@rehatiwan @inspirasiwajahnegeri @rehatiwaninspiring

www.rehatiwan.blogspot.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...