Langsung ke konten utama

019 [BERADAPTASI ATAU TERSISIH]

 


Sepanjang hari kemarin, tiba tiga kiriman paket dari orang dan daerah berbeda, pun dari kurir ekspedisi yang tak sama. Sebut saja ekspedisi Lion Parcel, J&T dan JNE yang datang berturut-turut pagi, siang dan sore. Saya jadi teringat saat sekolah dan masa awal kuliah, urusan perpaketan biasanya lewat kantor pos, ekspedisi Kertagaya Pusaka dan TIKI. Sekarang jauh lebih banyak jumlah ekspedisi dan layanan yang memanjakan konsumen.

 Pos Indonesia, Kertagaya Pusaka dan TIKI sekarang nyaris tak terdengar. Terutama BUMN Pos Indonesia yang memiliki infrastruktur lengkap dan SDM hingga pelosok kecamatan se-Indonesia sejak dulu. Nasibnya kini agak memperihatinkan hanya ramai saat pencairan dana bantuan untuk orang miskin. Kenapa itu bisa terjadi?

Perkembangan dunia selalu berubah tiap waktu, baik kebutuhan dan alat pemenuhan kebutuhan itu. Bila elemen yang ada didalamnya tidak dapat menyesuaikan diri, maka akan ditinggalkan. Perlu adaptasi dan inovasi, bukan berarti harus meninggalkan karakter BUMNnya dan menjadi swasta bagi Pos Indonesia. Contoh kecil saja, beberapa ekspedisi tetap menerima dan mengantar paket walau dihari libur Sabtu-Minggu. Bila waktu malahan saya menerima paket menjelang Maghrib, jauh melebihi jam pulang kantor.

Hal serupa berlaku pula pada kehidupan tiap personal. Sebagaimana ditegaskan oleh Ali bin Abi Thalib ra, “Berperilaku baik dan beradaptasilah dengan masyarakat dalam setiap hal selama bukan maksiat.” Kemudian belakangan populer peribahasa, “Andai tidak ada adaptasi (dalam pergaulan) niscaya manusia akan sirna.”

Kenali diri dan lingkungan kemudian beradaptasilah agar tetap eksis dan bermanfaat, tanpa membuang jatidiri.

Rumah Merpati 22, 19 Januari 2025, 11:16

#MariBerbagiMakna #30HariBercerita #30HBC2519   #reHATIwan #reHATIwanInspiring #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi @30haribercerita @rehatiwan @inspirasiwajahnegeri @rehatiwaninspiring

www.rehatiwan.blogspot.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...