Langsung ke konten utama

018 [PERCAKAPAN ISI LAPTOP]

 


Obrolan sore beberapa waktu lalu di Perpustakaan Kampung Sadia bersama Bang Amir kian meyakinkan saya bahwa sebenarnya berbagi itu mudah, cukup yang sudah ada saja. Tidak perlu beralasan menunggu yang belum ada atau sempurna. Sebenarnya banyak anugerah menumpuk dari-Nya, hanya saja lupa atau luput dari perhitungan diri.

Kami bercakap tentang beberapa file di laptop masing-masing yang berisi naskah tulisan sudah lama dipersiapkan dan tersimpan. Ada lagi materi-materi pelatihan yang telah tersusun, tapi masih dalam bentuk makalah. Nampak juga bahan-bahan ajar yang sudah berulang kali dipakai hampir tiap semester. Tulisan-tulisan itu dibiarkan tak berbunyi, jika ada hanya sekali per semester.

Ada tulisan yang memang belum selesai dan menggantung sekian lama. Saatnya menyiapkan Bab pamungkas dan endingnya. Ada pula yang tak perlu menunggu kalimat penutup, tinggal tiap-tiap tema dibagi isinya pada jangkauan yang lebih luas. Tulisan tersebut pasti ilmu , pengalaman atau pesan kebaikan yang bisa dibagi. Siapa yang mau baca di laptop saya? Ya, tak sejadul begitu amat lah.

Pertama, Tulisan bermakna dan berisi itu bisa diterbitkan dalam bentuk buku. Kedua, Media sosial kita ajak mereka menjadi sarana berbagi pengalaman dan ilmu dari tulisan yang sudah berjamur di laptop.

Memang ada yang mau baca? Akun saya sedikit follower dan isi tulisan agak receh. Aduh ampun deh. Pernyataan seperti ini terlalu sering, dan kian menginjak rasa percaya diri sebenarnya. Tulisan dan file kita itu pernah tersampaikan di ruang-ruang kuliah dan manusia-manusia akademis. Hal yang receh menurut kita, bukankah itu materi traning yang pernah diterima atau malah kita sendiri sampaikan pada para mahasiswa.

Saya malah sore itu merasa takut, jika isi laptop saya termasuk “menimbun ilmu” alias pelit berbagi ilmu karena tulisan-tulisannya menganggur bersama virus. Bahkan mungkin itu yang disindir oleh Rasulullah sebagaimana hadits dari Abu Hurairah, “Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia mengetahuinya, namun dia menyembunyikannya, maka dia akan diberi tali kekang dari neraka pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Percakapan sore itu lumayan berdaging dan berilmu. Ada kesadaran yang mencerahkan. Semoga masuk dalam golongan yang Rasulullah sampaikan, “Barang siapa yang menempuh suatu jarak untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Rumah Merpati 22, 18 Januari 2025, 06:54

#MariBerbagiMakna #30HariBercerita #30HBC2518 #30HBC25Percakapan   #reHATIwan #reHATIwanInspiring #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi @30haribercerita @rehatiwan @inspirasiwajahnegeri @rehatiwaninspiring

www.rehatiwan.blogspot.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

04 [SULTAN ABDUL KHAIR SIRAJUDDIN LAHIR]

Sultan Abdul Khair Sirajuddin dikenal juga dengan nama La Mbila, orang Makassar menyebutnya " I Ambela ". Beliau dinobatkan menjadi Sultan ke II pada tahun 1050 H (1640 M).  Sultan wafat pada tanggal 17 Rajab 1098 H dan dimakamkan di Pemakaman Tolo Bali Bima. Pada masanya Upacara U'a Pua menjadi salah satu Upacara Besar Resmi Kesultanan Bima sejak tahun 1070 H. 

01 [MASJID AGUNG NURUL HUDA SUMBAWA]

Salah satu Masjid yang menjadi pusat keIslaman di Sumbawa Nusa Tenggara Barat adalah Masjid Agung Nurul Huda dipusat Kota Sumbawa. Bagi saya pribadi, pertama kali ke sini saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2004 silam. Kemudian kembali bersua saat bulan Mei 2017, selanjutnya Agustus 2017 saya lebih intens dan sering ke Masjid ini dan sempat mengukuti berbagai kegiatan keIslaman yang disajikan. Masjid Agung Nurul Huda Sumbawa ini sangat memiliki peran strategis dalam penyebaran Islam diSumbawa. Menelisik sejarah dari berbagai sumber terungkap fakta bahwa masjid yang bersebelahan dengan Istana Kesultanan Sumbawa, Istana Tua “Dalam Loka” merupakan  Masjid Kesultanan Sumbawa. Masjid ini berdiri sejak tahun 1648 silam dan telah mengalami beberapa kali pemugaran.  Pada masa Sultan Dewa Mas Pamayam yang juga disebut Mas Cini (1648-1668) Telah ada masjid dilingkungan istana walau masih relatif sederhana bagunannya. Pada tahun 1931 masjid mengalami rehab kecil. Pada masa bu...

130 [MENULIS TIADA HABISNYA]

"Benar-benar membaca dan membaca benar-benar." Kalimat itu menjadi salah satu kata-kata hari ini yang disampaikan oleh Ibu Drs. Dwi Pratiwi, M. Pd, Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB ketika menerima silaturahim kami Forum Lingkar Pena (FLP) Provinsi NTB pagi ini.  Sosok yang baru saja menjabat 1 Maret 2025 itu menceritakan program pendampingan komunitas hingga lokus pustakawan sekolah, tingkat pemahaman literasi NTB masih rendah,  literasi naskah-naskah kuno hingga program literasi di kawasan desa wisata.  Saya dalam kesempatan berharga itu menyampaikan kegelisahan dan beberapa masukan.  1. Menumbuhkan literasi di mulai dari sekolah. Hal ini seiring dengan rendahnya literasi sekolah sehingga perlu perhatian juga kebijakan kongkrit dari semua institusi pemerintah yang terkait.  2. Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dengan komunitas literasi baik komunitas yang terdata (memiliki legal formal berakta pendirian) hingga komunitas...