Langsung ke konten utama

012 [WARUNG PASCA BAYAR]



Ingatan saya ditarik ke tujuh tahun silam saat pertama jumpa dengan perempuan paruh baya ini. Di warung dengan dinding anyaman bambu berukuran 3x2,5 meter tempatnya menjual makanan bersama suami. Lokasi diseberang jalan gunung (belum diaspal saat itu) antara asrama mahasiswa @asrama_uts Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) @universitasteknologisumbawa dan kampus IISBUD Sarea @official_iisbudsarea . 

Beliau asli Jawa dan suaminya asli Sumbawa, kami biasa memanggil paman Jon. Dan si ibu dengan sapaan Bude Jon. 

Sebelum jam tujuh pagi warung sudah buka, bahkan masih melayani hingga malam hari. Menu yang disajikan selain ala nasi campur kebanyakan, juga makanan ringan dan minuman ringan. Nasi campur bisa dengan harga 5 ribu atau berapa aja uang mahasiswa kata Bude. Yang sangat memaklumi, apalagi jika tanggal tua kiriman belum datang dan beasiswa mahasiswa belum cair. 

Saya kadang jika bude repot melayani pembeli, bisa langsung aja menyalakan kompor untuk memasak mie instan atau telur mata sapi di warung bude. Sampai bude bingung berapa harga yang saya harus bayar. 

Suatu saat saya lihat Bude mencatat dengan buku tulus lusuhnya sambil menyapa, "Wah Bude rajin, kalah kalah mahasiswa". Bude menjelaskan ini catatan pasca bayar makanan mahasiswa pak. Saya coba memfokuskan lagi pandangan ke buku itu, lumayan juga daftar nama dan nominalnya. 

Dengan kesederhanaan dan hidup yang jauh dari kata cukup, bude sangat ringan tangan membantu mahasiswa yang "kelaparan" saat tidak ada lagi tempat menyambung hidup. 

Saya menyebutnya warung pasca bayar. Ya, bayar pasca kiriman orang tua datang atau setelah beasiswa cair. 

Foto: Bude Jon berbaju pink dan paman Jon berbaju hijau. 

Rumah Merpati 22, 11012025
#30HariBercerita
#30hbc2511#30hbc25perempuan
#wardahbravebeauties #reHATIwan #reHATIwanInspiring @30haribercerita @wardahbravebeauties @rehatiwaninspiring 
www.rehatiwan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...