Langsung ke konten utama

[KOPI ESOK]

 


 Tekadnya tak terpadamkan walaupun kian terkepung oleh pasukan penjajah Belanda yang tentu dengan persenjataan lebih lengkap dan memadai. Sebelum bergerak ke Meulaboh untuk kembali melakukan perlawanan merebut kembali haknya sebagai manusia merdeka, dihadapan Pang Laot dan dan pasukannya ia menyatakan keinginan, “Beungoh singoh geutanyoe jep kupi di keude Meulaboh atawa ulon akan syahid (Besok pagi kita akan minum kopi di Meulaboh atau aku akan gugur syahid).”

Pada malam menjelang tanggal 11 Februari 1899 dalam usia masih 45 tahun saat itu. Ia gugur setelah tertembak peluru pasukan Belanda di dadanya. Menemui salah satu dari ucapannya, gugur sebagai syuhada. Sebuah kemenangan dan keinginan tertinggi seorang muslim yang berjuang. Jika pun ia bisa minum kopi kembali, itu bukan bertanda pesta kemenangan menaklukan Belanda, tapi sebuah kesempatan tambahan untuk tetap terus berjuang.

Sosok pejuang di atas tak lain ialah pahlawan kebanggaan Indonesia, khususnya masyarakat Aceh, Teuku Umar yang pada tanggal 6 November 1973 berdasarkan SK Presiden No.087/TK/1973 dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Spirit perjuangan yang terus menyala itu harus ditarik ke dimensi kekinian, tentu bukan dengan perang angkat senjata. Tapi, dalam peran yang telah ada di tiap pundak masing-masing diri. Sebuah tekad tak hanya cukup terpatri, ia harus menyatu dalam diri dan nafas. Itu yang membedakan tekad dengan slogan. Sebuah keinginan mendalam, bukan kalimat indah pencitraan palsu. Kepalsuan akan terbongkar, menguap dan berbuah pahit. Kemurnian tekad, akan menambah energi semangat, membara sepanjang waktu, menyulut kebaikan dan berbuah manis.  

Jangan jera menulis,“Besok kita akan minum kopi sambil menggerakan lagi ujung pena atau jatah nafas kata-kata ku telah dicukupi.”

Dari ‘Aisyah ra, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu (istiqomah) walaupun sedikit.” (HR.Muslim)

Rumah Merpati 22, 30 Desember 2024

#Gerimis30Hari #Gerimis_Des24_30 #reHATIwan #reHATIwanInspiring @gerimis30hari @ellunuarpublish_ @rehatiwaninspiring @rehatiwan 

www.rehatiwan.blogspot.com

 

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

04 [SULTAN ABDUL KHAIR SIRAJUDDIN LAHIR]

Sultan Abdul Khair Sirajuddin dikenal juga dengan nama La Mbila, orang Makassar menyebutnya " I Ambela ". Beliau dinobatkan menjadi Sultan ke II pada tahun 1050 H (1640 M).  Sultan wafat pada tanggal 17 Rajab 1098 H dan dimakamkan di Pemakaman Tolo Bali Bima. Pada masanya Upacara U'a Pua menjadi salah satu Upacara Besar Resmi Kesultanan Bima sejak tahun 1070 H. 

01 [MASJID AGUNG NURUL HUDA SUMBAWA]

Salah satu Masjid yang menjadi pusat keIslaman di Sumbawa Nusa Tenggara Barat adalah Masjid Agung Nurul Huda dipusat Kota Sumbawa. Bagi saya pribadi, pertama kali ke sini saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2004 silam. Kemudian kembali bersua saat bulan Mei 2017, selanjutnya Agustus 2017 saya lebih intens dan sering ke Masjid ini dan sempat mengukuti berbagai kegiatan keIslaman yang disajikan. Masjid Agung Nurul Huda Sumbawa ini sangat memiliki peran strategis dalam penyebaran Islam diSumbawa. Menelisik sejarah dari berbagai sumber terungkap fakta bahwa masjid yang bersebelahan dengan Istana Kesultanan Sumbawa, Istana Tua “Dalam Loka” merupakan  Masjid Kesultanan Sumbawa. Masjid ini berdiri sejak tahun 1648 silam dan telah mengalami beberapa kali pemugaran.  Pada masa Sultan Dewa Mas Pamayam yang juga disebut Mas Cini (1648-1668) Telah ada masjid dilingkungan istana walau masih relatif sederhana bagunannya. Pada tahun 1931 masjid mengalami rehab kecil. Pada masa bu...

130 [MENULIS TIADA HABISNYA]

"Benar-benar membaca dan membaca benar-benar." Kalimat itu menjadi salah satu kata-kata hari ini yang disampaikan oleh Ibu Drs. Dwi Pratiwi, M. Pd, Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB ketika menerima silaturahim kami Forum Lingkar Pena (FLP) Provinsi NTB pagi ini.  Sosok yang baru saja menjabat 1 Maret 2025 itu menceritakan program pendampingan komunitas hingga lokus pustakawan sekolah, tingkat pemahaman literasi NTB masih rendah,  literasi naskah-naskah kuno hingga program literasi di kawasan desa wisata.  Saya dalam kesempatan berharga itu menyampaikan kegelisahan dan beberapa masukan.  1. Menumbuhkan literasi di mulai dari sekolah. Hal ini seiring dengan rendahnya literasi sekolah sehingga perlu perhatian juga kebijakan kongkrit dari semua institusi pemerintah yang terkait.  2. Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dengan komunitas literasi baik komunitas yang terdata (memiliki legal formal berakta pendirian) hingga komunitas...