Assalamu’alaikum
Pagi
“Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara
adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga
bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.”
Saya masih ingat benar ketika
listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal
terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh
dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di
udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi
penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya.
Sekarang suara adzan
tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan
seorang diri yang muslim karena alarm
di smartphone dapat diatur sedemikian
rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi
dan sebagainya.
Coba secara jujur
bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu
bahkan dipersiapkan mendengarnya, selain kumandang adzan Maghrib saat
berpuasa?” atau “Berapa kali sehari telinga ini mendengar dan menjawab utuh suara
panggilan shalat itu dalam sehari?”
Kadang yang terjadi
bahkan menjadi kebiasaan, mematikan alarm adzan Shubuh kemudian menunda bangun
hingga berkali-kali. Padahal suara itu tak sekedar penanda bagi tubuh untuk
segera bergerak, tapi akan menjadi saksi pada hari dimana tak diterima lagi
segala alasan di akhirat nanti.
Dari Abu Said al-Khudri
Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
“Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan
didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendegarnya melainkan itu semua
akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR.
Bukhari 609).
Alasan
masih mengantuk atau langit masih gelap, mungkin menjadi tameng kelolosan
hingga tak mendengar bahkan menjawab secara utuh suara adzan Subuh. Lalu
bagaimana dengan nasib panggilan adzan lain berikutnya di siang hingga malam
hari saat mata terbuka?. Padahal dengannya ada jaminan surga yang sering diri
sebut sebagai impian semua manusia di hari kemudian.
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau
bercerita,
Kami
pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa salam. Lalu Bilal mengumandangkan adzan. Ketika beliau selesai,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda,
مَنْ
قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ هَذَا يَقِينًا، دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa yang mengucapkan seperti yang dilantunkan orang ini –
Bilal – dengan yakin maka dia akan masuk surga.” (HR. Ahmad 8624, Nasai 674 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Ada
banyak hal sederhana, sepele bahkan diberi fasilitas oleh-Nya untuk memudahkan
yang kadang dilalaikan. Padahal hal itu sesuatu yang diri butuhkan sekarang dan
nanti.
Mari
menjadi para penanti, pendengar dan penjawab panggilan adzan yang sesungguhnya
tak menganggu atau meninggalkan aktivitas lainnya karena bisa dalam hati.
Sebelum panggilan-Nya memutus semua pendengaran dan kesempatan menjawab
panggilan adzan tersebut. []
www.rehatiwan.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar