Langsung ke konten utama

[PARA PENDIRI BANGSA KITA, GURU*]

 


Iwan Wahyudi**

Bangsa Indonesia pernah mengalami sulit dan menderitanya penjajahan. Ditambah dengan kondisi rakyat yang masih terbelakang bahkan tak berpendidikan,  makin memperpanjang hingga berabad-abad lamanya terjajah. Selain akibat politik etis penjajah, tentu masuknya Islam ke tanah air membawa spirit baru untuk menimba ilmu dan melahirkan kalangan terdidik yang kemudian mengisi panggung pergerakan dan ruang peran melepaskan diri dari belenggu penjajah.

Selain mempercepat proses perjuangan kemerdekaan, kalangan terdidik dan para guru pada masa orde baru banyak dikirim ke Malayasia. Saat itu umumnya ditugaskan ke sekolah-sekolah menengah yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Tercatat selama tahun 1969 hingga 1976, lebih dari 300 guru dikirim bertugas memperbaiki tata bahasa Melayu pelajar-pelajar Malaysia yang terbiasa bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Selain itu, ada pula upaya memperbaiki kurikulum sains peninggalan Inggris yang dinilai sudah usang. Hal ini semakin mempertegas lagi bahwa guru selalu mengambil peran penting dalam memerdekakan dan mengisi kemerdekaan dimanapun.

Bengkulu tahun 1938, pemuda bernama Soekarno diasingkan karena aktivitasnya yang membahayakan penjajah Belanda. Seorang pengurus Muhammadiyah bernama Hasan Din yang mengetahui hal tersebut kemudian menemuinya untuk meminta kesediannya untuk mengajar di sekolah Muhammadiyah setempat. Hal itu di iyakan dan pemuda itu kemudian berjumpa dengan salah seorang siswi bernama Fatmawati yang kemudian menjadi Istrinya. Namun, jauh sebelumnya ketika baru menikahi Inggit Ganarsih, Soekarno pernah mengajar sebagai guru sejarah di Sekolah Ksatrian Institut milik Dr. Setiabudi atau biasa dikenal dengan Douwes Dekker. Soekarno salah seorang proklamator kemerdekaan RI dan menjadi presiden pertama.

Dua orang yang menghabiskan pendidikan tingginya di negeri Belanda itu dibuang ke Banda Neira Maluku 1936 hingga 1942. Penjajah Belanda merasa kegiatan dua orang ini sejak kuliah sangat berbahaya dan memprovokasi bahwa penjajah selama ini bersikap sewenang-wenang tanpa memberikan apapun pada bangsa yang dijajahnya. Dua orang ini selama pembuangannya mengajar warga sekitar dengan sekolah yang dimulai sore hari. Salah seorang dari mereka yang berkacamata menulis surat untuk meminta bantuan dikirimkan buku-buku untuk mengajar pada teman baiknya bernama Johanes Eduard di Amsterdam Belanda. Dua orang itu bernama Mohammad Hatta dan Sutan Sjahril, Sang Proklamator kemerdekaan RI yang juga wakil presiden pertama dan perdana menteri pertama RI.

Jauh sebelumnya dimana perempuan masih menjadi warga kelas rendah dalam masyarakat dan pendidikan merupakan hal yang tabu dan tak boleh, ia mendirikan sekolah wanita disebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang. Selain pendidikan umum, ia mengajarkan juga berbagai keterampilan. Perempuan itu bernama Raden Ajeng Kartini.

Ada juga seorang pemuda lulusan pendidikan HIK (sekolah guru) Muhammadiyah Solo pada tahun1934. Kemudian ia mendedikasikan diri sebagai guru di Sekolah Menengah Muhamadiyah Cilacap. Ia kemudian menjadi panglima pertama tentara Indonesia dalam usia yang masih cukup muda. Pemuda itu ialah Jenderal Besar Soedirman.

Mereka berdua pernah menimba ilmu ke tanah suci Makkah sekian lamanya. Kembali ke tanah air, tentu ketika bangsanya masih terjajah. Berdakwah tak hanya memberikan pencerahan berislam tapi juga menjadi guru yang menanamkan semangat patriotime. Salah satunya KH. Hasyim Asy,ari mendirikan organisasi dengan anggota terbesar di Indonesia bahkan dunia hingga hari ini, Nahdhatul Ulama (NU), bahkan anak beliau KH. Wahid Hasyim salah satu perumus Piagam Jakarta. Seorang lagi KH. Ahmad Dahlan menjadi pendiri organisasi dengan asset pendidikan paling besar di Republik ini, Perserikatan Muhammadiyah. Di daerah lain di Indonesia juga banyak berdiri Pesantren dengan begitu banyak guru yang kemudian memproduksi manusia terdidik dan berjiwa patriotik.


Di Yogyakarta pada 3 Juli 1922 berdiri Perguruan Taman Siswa yang digagas dan dikelola oleh Ki Hadjar Dewantara atau Soewardi Soerjaningrat. Garis keturunannya berasal dari elit keraton yang memegang teguh ajaran kebatinan Jawa. Ia kemudian juga turut andil dalam pergulatan kemerdekaan dan pendirian Republik Indonesia. Hingga tanggal lahirnya 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

 

Beberapa yang dikisahkan kembali diatas hanya sekelumit kecil dari banyak orang yang memiliki andil dalam mendirikan bangsa ini. Mungkin sebagian hanya dikenal sebagai tokoh dan pemimpin bangsa semata, tapi lupa bahwa mereka juga pernah menjalani peran sebagai guru. Sebuah kata yang kadang dimaknai sebagai seorang yang digugu dan ditiru. Mereka bukan sekedar mengajar tapi juga mendidik, tak sampai itu saja namun juga menjaganya. Hingga mereka paham benar bagaimana menyiapkan manusia yang akan meneruskan menjaga kemerdekaan dengan kepemimpinan yang mempuni, kenegarawanan yang tangguh, patriotisme yang membaja dan tetap menjadi pengawal moral bangsa.

Dan mereka para pendiri bangsa ini adalah para guru yang tahu persis bagaimana kekuatan sumberdaya manusia yang utuh dapat membawa negeri bernama Indonesia bermakna bukan hanya bagi dirinya saja tapi juga semesta. [ ]


*) Tulisan ini dimuat dalam buku Kapita Selekta Pendidikan, Gagasan untuk Indonesia Emas 2045. Penerbit Zahir Publishing, 2024.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...