Langsung ke konten utama

[MEMOTIVASI MENULIS GURU SMPN 4 KURIPAN]

  


Awalnya saya mengira hanya SMA ke atas (kampus) saja yang akan semangat untuk berliterasi. Ternyata nyalanya hingga ke SMP juga. Hari ini 27 Mei 2024 saya bersama sahabat saya Kang Syamsudin Kadir seorang aktivis yang kini telah menulis lebih dari 60 buku  menepi sejenak di SMPN 4 Kuripan Lombok Barat. Berbagi pengalaman bagaimana menulis dan menerbitkannya.

Guru merupakan salah satu profesi yang sangat mulia dan menjadi salah satu kunci keberhasilan peningkatan kualitas sumberdaya manusia pada suatu bangsa. Tentu kisah ketika Jepang pasca di bom atom dan luluh lantak oleh Amerika Serikat pada Agustus 1945 sering kita dengar. Kaisar Jepang Hirohito justru menanyakan berapa jumlah guru yang tersisa dan tidak menjadi korban bom yang sangat dahsyat itu. Kaisar berpendapat bagaimana mungkin akan mengejar ketertinggalan dan bangkit lagi dari keadaan ini kecuali dengan belajar dan dibimbing oleh para guru. Jumlah guru yang tersisa pada saat itu kurang lebih 45.000 guru saja. Jepang kemudian hanya membutuhkan waktu lebih kurang 20 tahunan untuk kemudian bangkit menjadi negara maju kembali. Hal ini menunjukkan betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar.

Selain peran strategis guru tersebut, secara angka guru di Indonesia berdasarkan data Kemendikbud Ristek, jumlah guru di Indonesia sebanyak 3,37 juta orang pada tahun ajaran 2023/2024. Dari jumlah tersebut, mayoritas guru mengajar di tingkat Sekolah Dasar (SD), yakni 1,48 juta orang. Jika berkaca pada Kaisar Jepang Hirohito, jumlah guru inilah yang akan menjadi pemercepat mengejar ketertinggalan Indonesia.


Para cendekiawan dalam sejarah melekat dengan aktivitas menulis. Mereka harus menuliskan temuan dan teorinya tidak hanya untuk diketahui oleh khalayak, tapi menjadi sebuah pertanggungjawaban apakah temuan atau gagasan itu bisa bermanfaat bagi masyarakat. Begitu pula bagi seorang guru, menulis tak akan jauh dari rutinitasnya dalam mengajar dan membimbing siswanya. Guru menulis buku bisa dikatakan sebagai kewajiban. Sebagaimana di dalam Permenpan Nomor 16 Tahun 2009 pasal 11 dijelaskan bahwa publikasi ilmiah termasuk sub unsur kegiatan yang dinilai angka kreditnya. 

Kemudian dalam pasal 13 yang menjelaskan Rincian Kegiatan dan Unsur yang Dinilai. Semua guru berdasarkan sifat, tugas, dan kegiatan yang meliputi Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran, dan Guru Bimbingan wajib melakukan publikasi ilmiah.

Salah satu untuk membangkitkan semangat menulis adalah membuat daftar kendala menulis itu sendiri. Jika penghalang ini selalu menghantui akan menjadi pembunuh paling utama motivasi dan langkah menulis sebelum menulis itu dimulai.

Pertama, Takut tidak bagus. Sebuah tulisan baru bisa dinilai bagus atau tidak, layak atau tidak memenuhi syarat ketika tulisan itu sudah berwujud. Bila belum menulis saja sudah takut, artinya sudah kalah sebelum berperang. Yakinlah semua orang besar yang bisa menulis atau para penulis ternama juga memulainya seperti kita mengawali tulisan. Yang berbeda ialah mereka sudah lebih awal melalui fase itu dibanding kita, dan mereka sudah berhasil menaklukan dirinya sendiri.  Tulisan yang tidak memiliki kesalahan adalah tulisan yang tidak pernah dipublikasikan. Cara ampuh menjadi penulis adalah menulis, menulis lagi dan menulis terus.

Kedua, Kehabisan ide dan kata. Jika tak memiliki bagaimana bisa berbagi. Begitu sebuah ungkapan yang selalu teringat bagi saya ketika menulis. Menulis adalah pekerjaan berbagi, berbagi ide, gagasan, cerita, inspirasi, pengetahuan juga pengalaman. Kebuntuan ide dan kata yang ditulis menunjukan bahwa ruang memori dan kepala belum ditambah isinya, masih seperti sebelumnya. Sehingga perlu di upgrade dan update. Banyak membaca, sharing dengan penulis lain, bergabung dikomunitas kepenulisan menjadi cara mengisinya. Beberapa penulis memilih jalan-jalan dan menyegarkan pikiran untuk mengisi kepala dengan ide baru.

Ketiga, Tidak punya ciri. Bila kita rajin membaca karya para penulis ternama kemudian membandingkannya, pasti menemukan beberapa perbedaan baik dari gayanya mengolah kata, membuat alur cerita hingga ide apa yang paling sering diungkapkan pada tulisan. Itu yang disebut ciri atau karakter khas tulisan. Hal ini tidak seketika bisa ditemukan dan menjadi hal yang melekat pada diri seorang penulis. Tapi, melalaui proses berkali-kali menulis. Semakin sering penulis akan menemukannya. Hingga yang terpenting adalah bagaimana menjaga stamina dan nafas agar panjang untuk tetap menulis dengan  motivasi hingga menulis kemudian menjadi kecanduan.

Keempat, Sulit menerbitkan tulisan. Ini pasti dirasakan oleh siapapun yang pertama kali akan menerbitkan buku karyanya. Bagi siapa yang sudah pernah mengalami dan melaluinya akan dapat memilah dan memilih penerbit mana yang sesuai dengan diri penulis.  Penerbit sekarang kian menjamur, tidak seperti era sebelum tahun 2000. Sekarang banyak penerbit yang mempromosikan diri melalui media sosial. Tips dari saya untuk memilih penerbit mana untuk mengabadikan karya istimewa kita itu perlu sharing dengan siapa yang pernah menerbitkan disana. Mereka pasti akan dengan senang hati berbagi pertimbangan baik itu terkait  jumlah anggaran yang tersedia, penerbit mana yang sesuai dengan karakter tulisan kita dan berapa waktu yang biasanya dibutuhkan penerbit memproses karya kita. Lagi-lagi pengalaman tidak pernah bohong.

Semangat dan antusias para guru SMPN 4 Kuripan pada perjumpaan ini bukan kaleng-kaleng. Kepala sekolah pun hadir full hingga akhir acara membersamai para guru dan tenaga kependidikan yang juga diikut sertakan. Bahkan pak Kepala Sekolah sudah memiliki tulisan dan ide tulisan untuk diwujudkan dari praktek baik yang dilakukan di sekolah mereka. Semoga pertemuan berikutnya sudah berbuah buku.


Guru menulis akan melahirkan siswa juga yang menaruh minat pada kepenulisan dan akan mengabadikan nama, gagasan dan idenya untuk sekolah, daerah dan negeri ini hingga entah kapan. Bahkan akan mengalirkan amal jariyah yang tak putus, melebihi usia biologisnya.


27 Mei 2024

 IWAN Wahyudi

 

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...