Langsung ke konten utama

[AL-QUR’AN SUMBER INSPIRASI TERBAIK TULISAN]

 

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala penjuru dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”

( QS. Fushshilat: 53)

Membaca dan memahami sebuah buku merupakan sebuah anugerah nikmat diantara banyak orang yang tak bisa menyisihkan sedikit waktunya untuk membaca. Bahkan diantara mereka yang tidak memiliki rezeki untuk membeli buku. Dan akan lebih dalam lagi menikmati isi buku saat langsung mendengar penulisnya membedah karyanya tersebut. Pembanding hadir bukan hanya sebagai pelengkap formalitas semata, tapi berdasarkan pengalaman dan kepakarannya terhadap tema buku, makin menambah luas wawasan terhadap isi buku tersebut bagi para pembaca terutama penulisnya.

Alhamdulillah akhir pekan ini saya di undang oleh mbak Lia Harnita untuk menghadiri Seminar Kepenulisan dan Launching Buku "Hidupku Tenang Bersama Al-Qur'an". Buku karya ke 21 dari sosok yang sekarang menjadi ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Lombok Timur ini.  Acara yang dilaksanakan di aula Gedung Birul Walidain Universitas Hamzanwadi Selong pada Sabtu pagi 20 Juli 2024 ini diprakarsai oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Sosiologi Universitas Hamzanwadi. Saya sudah mendapatkan buku guru Sosiologi di MA Mu’allimat dan MA Mu’allimin NWDI Kelayu ini saat bersilaturahim ke rumahnya bulan Juni yang lalu.

Selain mbak Lia Harnita yang juga alumni Prodi Sosiologi Univ Hamzanwadi ini yang menjadi pemateri, hadir juga pembandingnya, Dr. Ridwan, M.Pd penulis buku Konseling dan Terapi Qur'ani yang juga dosen Universitas Hamzanwadi. Beliau menulis buku pertama sejak 1996. Pada tahun 2004-2008 pernah menjabat Pembantu Ketua IV STKIP Hamzanwadi cikal bakal Universitas Hamzanwadi.



Pemaparan mbak Lia seakan kita di ingatkan kembali akan kemuliaan Al-Qur'an yang tentu sudah kita ketahui bersama, namun hubungan kita dengannya berjarak. Mustahil mendapatkan kemuliaan dari Al-Qur'an bila tidak mendekati, akrab dan mengamalkannya dalam kehidupan hingga ia menjadi habits. 

Pada Bab II buku setebal 165 halaman tersebut memaparkan Al-Qur’an sumber inspirasi terbaik, salah satunya dunia kepenulisan. Dalam sejarah dakwah Islam, sastra menjadi wasilah dakwah. Pada masa Rasulullah saw, masyarakat jazirah arab sangat menggilai sastra hingga salah satu mukjizat yang Allah swt turunkan ialah Al-Qur’an yang memiliki nilai dan rasa sastra yang tinggi dan tiada bandingnya. Bukan hal yang baru bila saat ini para sastrawan dan penulis menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi tulisan.

Menurut Syekh Hasan An-Nadwi; untuk memahami Al-Qur’an harus ada keinginan yang Shiddiq (jujur), tulus dan ikhlas menjadi syarat mutlak untuk mengambil istifadah (manfaat) dalam Al-Qur’an. Tanpa Ketulusan, kejernihan jiwa dan keinginan yang sebenarnya, tidak bisa menangkap cahaya yang ada dalam Al-Qur’an kemudian menyebarkannya pada sekitar. Salah satunya melalui tulisan. Hingga sangat jelas mereka yang tidak mendapat cahaya Al-Qur’an walaupun tulisannya dan ucapannya mengutip ayat suci terasa hambar dan tidak masuk kedalam hati pembacanya. Mereka itu orang yang sombong, membantah dan menentang Al-Qur’an, ingkar terhadap akhirat dan mengagung-agungkan materi.


Salah satu penulis fenomenal dengan karya yang selalu bestseller Habiburrahman El-Shirazy atau akrab dengan Kang Abik mengaku bahwa karya-karyanya yang lahir terinspirasi dari Al-Qur’an. Menadabburi maknanya dan memilih surah yang sekiranya bisa menunjang tulisannya.

“Tanpa sabar dan syukur tak mungkin lahir karya besar”. Demikian kalimat pembuka dari Dr. Ridwan membuka paparannya. Untuk menjadi dekat dengan Al-Qur’an menggunakan rumus 5T. Pertama, Tamhid. Tahap ini merupakan persiapan untuk kemudian memudahkan dalam memahami yaitu dengan menghadirkan dalam diri untuk apa dan apa manfaat Al-Qur’an bagi diri kita?. Jika telah menanamkan hal ini, landasan dan niat akan kuat. Kedua, Tilawah yaitu membaca dan memahami maknanya. Pintu untuk memahami Al-Qur’an tak ada lain dengan membacanya. Ketiga, Tafsir. Setelah membaca dan mengetahui terjemahan ayat-ayat-Nya, cari tafsirnya untuk mendalami makna dan maksud kalam Ilahi tersebut. Keempat, Tadabbur yaitu dapat mengambil pelajaran dari apa yang dibaca dan pahami. Dan yang kelima, Tadzkiatun Nafs, menyucikan jiwa. Setelah membaca dan memahami lebih dalam Firman Allah swt, maka akan lahir jiwa yang bersih dan suci dengan interaksi dan hidup dalam naungan Al-Qur’an.

Beliau juga mengisahkan masa saat android atau smartphone belum ada. Menyaksikan para mahasiswa dengan Al-Qur’an saku asyik membacanya hingga dipojok-pojok ruangan ketika istirahat. Saat ini sulit membedakan mahasiswa yang asyik membuka HP apakah sedang asyik main game, media sosial atau membaca Al-Qur’an?. Saya termasuk generasi yang saat kuliah dulu mengalami kemana-mana Al-Qur’an saku menjadi salah satu bawaan wajib disaku atau tas ransel. Untuk memudahkan saja, jika ada waktu senggang dapat menikmati membaca Al-Qur’an.

Saya beruntung usai acara mendapatkan hadiah buku karya Dr. Ridwan “Konseling dan Terapi Qur’ani” setebal 500 halaman yang terbit bulan Januari 2018 yang lalu. Hal itu memang sudah beliau janjikan saat sebelum masuk ke Aula tempat acara, kami sempat berbincang sambil melihat bazaar buku didepan aula.

 

“Tuliskan ayat Al-Qur’an dalam karya dan buku yang kita tulis agar ia makin bernilai.” pesan DR. Ridwan mengakhiri kesempatannya bicara. Sedang mbak Lia sebagai kalimat pamungkas memotivasi, “Teruslah menulis untuk meninggalkan jejak, walaupun telah tiada tulisan itu masih akan abadi dibaca orang”. Saya teringat apa yang dikatakan Helvy Tiana Rosa pada suatu kesempatan acara online, “Buatlah tulisan dengan hati agar tulisan itu juga membawa kita hingga akhirat, ke Surga”.

Semoga lewat tulisan, kita semakin mendekatkan diri dengan Al-Qur’an dan Allah swt, bukan kian  berjarak dan jauh dengan petunjuk dan pedoman hidup sebagai seorang muslim tersebut.

 

20 Juli 2024
IWAN wahyudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...