Langsung ke konten utama

23 [SYAWALAN KE LINGSAR]

 


Silaturahim ke orangtua alumni mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa @universitasteknologisumbawa (UTS) H. Sabdi Muksin di Lingsar Lombok Barat. Kedua anak laki-laki beliau alumni UTS.

Selain nostalgia, obrolan terfokus pada menelisik karakter dan tantangan antar generasi juga proses dinamis pergantian generasi. Serius amat pembahasannya bang. Karena dengan tema itu yang bisa menjembatani beliau, saya dan generasi saat ini (anak-anak beliau).

Sebagian aspek ada langkah maju generasi Z terutama dalam komunikasi dan digital. Dampak Ecommerce tak lagi memandang usia dalam meraih kemapanan finansial. Diam-diam para gen Z ini sudah berpenghasilan melebihi seniornya walaupun sudah menjadi ASN puluhan tahun misalnya. Tapi ada aspek kematangan interaksi sosial dan leadership yang sangat-sangat perlu di dampingi.

Secara umum kepemimpinan publik hari ini masih mayoritas diduduki oleh kaum usia tua (sudah dipanggil kakek karena sudah punya cucu). Lepas dari beberapa posisi yang cepat regenerasinya. Namun, tidak sebanyak dan masif angkatan para "kakek" ini dulu mulai menduduki amanah publik masa belianya.

Antara ketidak siapan generasi sekarang atau kebelum relaan/percayaan memberi tongkat estafet dari pendahulunya. Yang muda sadar untuk segera memantaskan diri, para pendahulu lebih bijak menyiapkan pengganti.

Selain faktor antara senior dan junior, ada penerimaan sosial yang juga menentukan dalam kontestasi kepemimpinan. Senior sudah membimbing dengan telaten dan jalan sudah dibuka, tapi jika faktor popularitas dan elektabilitas di masyarakat si junior rendah, bisa hilang ini barang.

"Setiap jaman ada orangnya, dan setiap orang ada jamannya", ungkapan bukan hanya digunakan untuk menuntut hak kepemimpinan sebuah generasi atas statusquo semata. Tapi, harus dibawa pada pendekatan menyiapkan diri sesuai dengan karakter jaman dan kebutuhan saat itu. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan generasi tersebut dalam membimbing dan menyiapkannya. Menjadi benang merah atau jembatan antar generasi yang bijak dalam proses pewarisan kemampuan leadership, tidak memaksa secara copypaste semua cara lama dan tidak juga menerima 100% style/gaya kekinian.

Ada jatidiri yang sama harus tertanam kokoh dan tak boleh terkikis pada semua generasi. Gunakan cara, pendekatan dan metode yang sesuai dan dipahami oleh generasi tersebut. Cover boleh berubah sesuai selera jaman, tapi isi dan gizi harus terpenuhi sesuai proporsi.

30042024
#MariBerbagiMakna #InspirasiWajahNegeri #reHATIwan #IWANwahyudi
rehatiwan @inspirasiwajahnegeri @rehatiwan @iwanwahyudi1


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me