Langsung ke konten utama

15 [LITERASI DI LAZ DASI]

 


Hari ini banyak belajar dari Direktur Utama Lembaga Amil Zakat Dompet Amal Sejahtera Ibnu Abbas (LAZ DASI) NTB pak Tarsito.

Perjumpaan tak cukup di lobi kantor, berlanjut di ruang tamu. Belum puas, kemudian berakhir ruang rapat. Saya langsung diajak mengikuti rapat rutin pekanan LAZ DASI NTB, siapa tau ada beberapa masukan dan sekalian untuk belajar. Pertemuan ditemani cemilan oleh-oleh pak Dirut yang baru balik dari kampung.

Setelah menunggu sejak lebaran akhirnya kesempatan datang juga. Tertunda lumayan lama juga karena libur cuti bersama dan aktivitas mudik. Ke kantor LAZ DASI NTB kali ini sedikit beda. Biasanya cuma untuk bayar Zakat, Infak dan Sedekah, paling jauh jadi relawan saat Ramadhan, sekarang benar-benar untuk belajar.

Kesempatan ini bersatunya dua kantor. Hari ini ngantor terlebih dahulu di LAZ DASI NTB dan sekaligus ngantor jaman dulu di LAZ DASI NTB juga versi nostalgia jadi relawan zakat.

Menjadi pengelola lembaga zakat tentu tak sepraktis jadi relawan. Ada aturan, standar dan tata kelola yang jelas dalam perundangan dan peraturan turunannya. Agar kepercayaan ummat pada lembaga-lembaga keummatan kian hangat dan kuat. Kepercayaan ummat tidak jarang belum dibarengi dengan transparansi. Hingga yang terjadi hanya sekedarnya saja. Padahal antusias dan partisipasi ummat sangat dibutuhkan.

Memori saya ketika memasuki kantor LAZ DASI NTB tertarik ke dua dekade yang lalu. Sambil dengar sepintas begitu aja pembicaraa rencana pendirian Lembaga Zakat di NTB. Jaman itu masih ingusan lah saya anak semester awal di kampus. Mulailah kiprahnya pada tahun 2002 untuk membantu pemerintah menanggulangi masalah sosial dan kesejahteraan di NTB. Saat ini LAZ DASI NTB telah menjadi organisasi filantropi Islam yang menghimpun dana masyarakat terbesar di Provinsi NTB dan telah merealisasikan program-programnya melalui kerjasama dan rekanan dengan organisasi lokal, Nasional maupun Internasional.

Jangan khawatir, saat ini LAZ DASI NTB sudah memiliki cabang dan kantor perwakilan di semua kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat. Jadi sangat mudah, bahkan ada layanan jemput donasi bagi para donaturnya.

LAZ DASI NTB adalah Lembaga Amil Zakat resmi di wilayah Nusa Tenggara Barat dengan SK ijin LAZ Provinsi NTB oleh Dirjen Bimas Islam, Kementerian Agama RI No: 819 Tahun 2021. LAZ DASI NTB berkomitmen mengangkat harkat sosial dan kemanusiaan masyarakat dengan mendayagunakan dana zakat, infaq,shodaqoh dan wakaf serta dana-dana CSR perusahaan. Saat ini LAZ DASI NTB telah memiliki cabang di semua Kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat dengan jumlah donatur sebanyak 13.000 orang.

Salah satu yang membuat saya salud dan menaruh bangga pada lembaga zakat ini (walaupun bukan satu-satunya), yaitu pelaporan keuangan bulanan selalu dilaporkan ke publik terutama donator (muzakki) melalui media majalah bulanannya. Bentuk pelaporan semacam ini bukan baru-baru ini saja, dimana sudah mudah dengan akses website lembaga, tapi sejak saya dulu masih mahasiswa.

Majalah bulanan “Suara Hati” LAZ DASI NTB bentuk aktivitas literasi yang dapat melahirkan dan merawat kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan dan lembaga. Terutama Lembaga Amil Zakat (LAZ) dimana ada dana umat yang dikelola.

Majalah tentunya bukan hanya berisi laporan keuangan semata. Ditambah juga dengan beberapa rubrik yang kian mendekatkan lembaga dengan masyarakat. Ada rubrik Kajian Utama beragam tema keislaman, pernak-pernik kegiatan sosial LAZ DASI NTB, Konsultasi Psikologi, Konsultasi Keluarga, Profil Pemberdayaan, Profil Donatur, Remaja Islam hingga mewarnai gambar dan cerita bergambar untuk anak.

 

22 April 2024


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me