Tak jarang kita mendengar panggilan nama binatang disematkan manusia yang memiliki perilaku yang sama dengan binatang tersebut. Biasanya perilaku itu hanya perilaku yang buruk, jahat dan merusak diri, orang lain dan lingkungan.
Ramadhan salah satu misi kedatangannya melatih dan mengokohkan kembali perilaku manusia sebagaimana fitrahnya. Walaupun sebagian dengan congkak dengan terang-terangan tak mau "ditarik kembali" oleh seruan Ramadhan itu.
Sambil menyeruput kopi yang tak pernah saya cicipi selama Ramadhan. Mencoba mendalami beberapa halaman tulisan DR. Adian Husaini. Jangankan kalah sama monyet, dipanggil monyet aja seakan tidak pernah mau terima.
"Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan banyak dari kalangan jin dan manusia untuk (masuk neraka) Jahanam (karena kesesatan mereka). Mereka memiliki hati yang tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata yang tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga yang tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al-A'raf :179)
Pasca Ramadhan dimana sifat kebinatangan dalam diri telah terkendali, tak usahlah mendeklarasikan "merdeka" terang-terangan untuk kembali bercumbu mesra dengan perilaku "kebinatangan" berbalut nafsu. Jangan kembali jadi binatang lagi.
11042024
#MariBerbagiMakna #reHATiwan #InspirasiWajahNegeri @rehatiwan @inspirasiwajahnegeri @iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar