“Agar benih menjadi pohon, ia butuh isi. Agar ibadah bernilai, perlu adanya rasa.”
Kontestasi pemimpin dalam balutan perhelatan pemilu, pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah hingga ketua RT sekalipun, merupakan kesempatan besar bagi rakyat yang memiliki hak pilih untuk memilih dan memilah. Sejauh mana para kandidat memang benar-benar punya isi hingga pantas menjadi pemimpin, bukan pemimpi dalam alam khayalan.
Adakalanya tong kosong memang nyaring bunyinya. Pandai berbicara tapi tak berisi, yang keluar hanya pemanis buatan hingga akan menimbulkan penyakit gula darah dalam kehidupan. Tak berisi bukan hanya bisa dikamuflase dengan jago melakukan pencitraan diri, tapi juga bersilat lidah dan minim bicara dalam debat padahal saat pidato sangat jago dan mengebu-gebu.
Benih yang kopong hanya berisi selaput pembungkus luar, tanpa ada isi, mustahil akan tumbuh menjadi tunas. Apalagi menghasilkan buah manis yang diidamkan. Ibadah dan amal bila hanya dilakukan sekedar gugur kewajiban tanpa melibatkan hati. Ia akan hanya berdampak pada lelah semata. Tak ada rasa dan aroma yang hadir, apalagi nilai yang berefek memandu hidup dan kehidupan.
Cukup yang sudah-sudah tertipu membeli dan menanam benih tanpa isi, walau diberi pupuk seperti apapun tak akan tumbuh. Yang hadir hanya gulma pengganggu. Saatnya menaikan level amal dari yang begitu-begitu saja menjadi yang datang dari hati dan menebar rasa juga nilai.
“Adakah benih yang menjadi tunas tanpa isi? Gambar tanpa jiwa tidak lain adalah khayalan.” (Jalaluddin Rumi)
Komentar
Posting Komentar