Jejak sang proklamator ini bukan hanya pada bidang politik semata atau ekonomi dimana menjadi jurusan yang ia geluti saat kuliah di Belanda. Ia juga mengambil peran mendidik bangsa dengan menjadi guru. Mengajar baik ketika diasingkan penjajah Belanda hingga saat tak lagi menjadi wakil presiden RI.
Penjajah Belanda menilai kegiatan pemuda asal Sumatera Barat ini sejak kuliah sangat berbahaya dan memprovokasi bahwa penjajah selama ini bersikap sewenang-wenang tanpa memberikan apapun pada bangsa yang dijajahnya. Penjara sudah dicicipinya sejak kuliah di negeri kincir angin itu.
Sekembalinya pulang ke tanah air aktivitasnya tetap dipantau Belanda. Pergerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tak bisa lepas dari denyut nadinya. Hingga Belanda perlu menangkap dan mengasingkasnnya ke penjara "neraka" Boven Digul Papua yang terkenal horor itu. Setelah lanjut dibuang ke Banda Neira Maluku 1936 hingga 1942.
Selama dipengasingan Banda Neira salah satu aktivitasnya ialah mengajar warga khususnya pemuda asli sekitar dengan sekolah yang dimulai sore hari. Tak heran di halaman belakang rumah pengasingan ada bangku dan meja tulis. Selain itu Anak dr. Cipto belajar tata-buku dan sejarah. Ada seorang kenalan Hatta dari Sumatera Barat yang mengirimkan dua orang kemenakannya untuk belajar ekonomi dan juga sejarah. Disamping itu dari Bukittinggi dikirim Anwar Sutan Saidi sebanyak empat orang pemuda yang belajar kepada Hatta.
Selain buku pribadi Hatta yang sebanyak 16 peti, dirasa perlu juga buku-buku lain untuk menambah wawasan dan kebutuhan sekolah sederhana itu. Akhirnya om kacamata (panggilan Hatta oleh para murid dan anak angkatnya) menulis surat pada teman baiknya bernama Johanes Eduard di Amsterdam, Belanda.
Setelah tak lagi sejalan dengan Soekarno dan mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden, bapak Koperasi Indonesia itu memilih menyibukan diri dengan menulis dan mengajar dibandingkan politik.
Buku Demokrasi Kita karya Hatta yang terbit pada tahun 1960, dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung. Pada tahun itu pula statusnya sebagai dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dicabut. Bung Hatta dilarang mengajar, ruang gerak beliau dibatasi.
Moh.Hatta selain sebagai Proklamator, Wakil Presiden pertama RI, Ekonom Indonesia yang menyumbang pikiran pada pasal ekonomi dan kesejahteraan pada UUD 1945 serta bapak Koperasi Indonesia yang selama ini dikenal masyarakat, ia juga pendiri bangsa yang pernah mengajar. Ia menjadi guru baik dalam arti mengajar maupun guru keteladan dalam berkehidupan sebagai pemimpin dan rakyat biasa.
13112023, 13:17
@inspirasiwajahnegeri @rehatiwan @iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar