Langsung ke konten utama

38 [KIMIA CINTA]

 



Ada orang yang memiliki pekerjaan sederhana dan penghasilannya dapat dibilang kecil. Hanya membudidayakan kangkung di sungai kecil ditengah kota. Kemudian memetiknya hanya belasan ikat yang kemudian dijualnya untuk kebutuhan hidup keluarga untuk hari itu saja. Hal itu terjadi berulang kali bertahun-tahun dan dengan nilai rupiah harian yang hanya cukup untuk makan keluarga hari itu saja.

Ditempat lain ada seorang pedagang buah yang hanya menjajakan buah-buahan diatas satu meja kecil. Hasilnya juga tidak seberapa, namun ia memiliki langganan yang rutin mampir dan membeli ditempat itu. Uang yang diputar dalam usaha inipun terbilang cukup kecil. Suatu ketika ada teman saya yang menawarkan bantuan modal usaha tanpa bunga agar penghasilannya juga meningkat. Namun, teman saya terkaget ketika tawaran tersebut ditolak dengan lembut dengan sebuah alasan bahwa sang penjual buah tak mau hari-harinya terbebani oleh membayar hutang walaupun tanpa bunga.

Begitulah gambaran mereka yang mencintai pekerjaaannya, sederhana, kecil dan memiliki ikatan yang tak bisa dipisahkan dan kadang aneh dan unik. Manusia normal tentu ingin agar pendapatannya meningkatkan setiap saat, namun tabiat kimiawi jiwa mereka lebih memilih kebahagiaan dari pada harus meloncat naik dari kondisi ekonomi dengan menambah beban pikiran dan perasaan berhutang.

Secara wajar dan kebanyak publik, cinta adalah emosi kebajikan yang meledakkan semangat memberi dalam jiwa kita. Itu sebabnya kita selalu menjadi lebih baik ketika kita sedang jatuh cinta. Mengerjakan sesuatu dengan cara dan hal terbaik yang bisa kita lakukan tanpa melihat posisi dan besaran kekuasaan yang melekat pada diri, bisa jadi itu efek keunikan kimiawi cinta tersebut.

Kadang rumus kimiawi cinta tak dapat disandingkan rupa dan golongannya dengan rumus kimia apapun. Ia hanya mengenal satu reaksi, reaksi jiwa yang membuat kita bahagia.

21022020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1 

Lihat Lebih Sedikit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me