Ada orang yang memiliki pekerjaan sederhana dan penghasilannya dapat dibilang kecil. Hanya membudidayakan kangkung di sungai kecil ditengah kota. Kemudian memetiknya hanya belasan ikat yang kemudian dijualnya untuk kebutuhan hidup keluarga untuk hari itu saja. Hal itu terjadi berulang kali bertahun-tahun dan dengan nilai rupiah harian yang hanya cukup untuk makan keluarga hari itu saja.
Ditempat lain ada seorang pedagang buah yang hanya menjajakan buah-buahan diatas satu meja kecil. Hasilnya juga tidak seberapa, namun ia memiliki langganan yang rutin mampir dan membeli ditempat itu. Uang yang diputar dalam usaha inipun terbilang cukup kecil. Suatu ketika ada teman saya yang menawarkan bantuan modal usaha tanpa bunga agar penghasilannya juga meningkat. Namun, teman saya terkaget ketika tawaran tersebut ditolak dengan lembut dengan sebuah alasan bahwa sang penjual buah tak mau hari-harinya terbebani oleh membayar hutang walaupun tanpa bunga.
Begitulah gambaran mereka yang mencintai pekerjaaannya, sederhana, kecil dan memiliki ikatan yang tak bisa dipisahkan dan kadang aneh dan unik. Manusia normal tentu ingin agar pendapatannya meningkatkan setiap saat, namun tabiat kimiawi jiwa mereka lebih memilih kebahagiaan dari pada harus meloncat naik dari kondisi ekonomi dengan menambah beban pikiran dan perasaan berhutang.
Secara wajar dan kebanyak publik, cinta adalah emosi kebajikan yang meledakkan semangat memberi dalam jiwa kita. Itu sebabnya kita selalu menjadi lebih baik ketika kita sedang jatuh cinta. Mengerjakan sesuatu dengan cara dan hal terbaik yang bisa kita lakukan tanpa melihat posisi dan besaran kekuasaan yang melekat pada diri, bisa jadi itu efek keunikan kimiawi cinta tersebut.
Kadang rumus kimiawi cinta tak dapat disandingkan rupa dan golongannya dengan rumus kimia apapun. Ia hanya mengenal satu reaksi, reaksi jiwa yang membuat kita bahagia.
21022020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar