Langsung ke konten utama

033 [HARI DONGENG NASIONAL 28 NOVEMBER]

 


Dongeng identik dengan cerita pengantar tidur bagi anak-anak. Ya, karena memang kebanyakan dulu dongeng menjadi kebiasaan atau kegiatan untuk menidurkan anak-anak. Semoga bercerita dan mendongeng ini masih menjadi ritual yang dilakukan para orang tua pada anak-anaknya pada era milenial ini. Mendongeng bukan hanya menyampaikan pesan lewat cerita semata, tapi juga membangun kedekatan antara anak dan orang tua.

Hari Dongeng Nasional mulai diperingati sejak tahun 2015, dideklarasikan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Tanggal 28 November diambil sebagai Hari Dongeng Nasional sesuai dengan hari lahir Drs. Suryadi atau akrab dipanggil pak Raden. Pak Raden pencipta karakter legendaris si Unyil. Boneka yang munsul dan popular mulai tahun 1980an dan menjadi tayangan tiap hari Minggu pagi di TVRI saat itu. Kemudian, Unyil diformat ulang untuk sesuai dengan era tahun 2000-an, sehingga tetap dapat digemari anak-anak Indonesia.



Jasanya menghidupkan dongeng ini mendasari hari kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Dongeng Nasional. Pak Raden lahir di Puger, Jember Jawa Timur pada tanggal 28 November 1932. Beliau piawai dalam lima ragam bahasa, yakni :Bahasa Indonesia, Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Perancis dan Bahasa Jawa. Pak Raden wafat pada tanggal 30 Oktober 2015 di Rumah Sakit Pelni Petamburan Jakarta pukul 22.20 WIB.

 


Mendongeng bukan hanya sebagai pengantar tidur anak saja, tetapi juga memiliki fungsi meningkatkan perkembangan pada otak kanan anak, psikologis, kecerdasan emosional serta meningkatkan imajinasi pada anak. Manfaat lain dari mendongen diantaranya :

  1. Melatih perkembangan kognitif.
  2. Menambah kosakata baru.
  3. Membuka wawasan baru.
  4. Mengajarkan kecerdasan sosial dan emosional.
  5. Mempererat hubungan antara anak dan orang tua.
Rumah Merpati 22
28112022, 10:28
#MariBerbagiMakna #HariDongengNasional #InspirasiwajahNegeri #reHATIwan #HariIniDalamSejarah #IWANwahyudi #Dongeng Indonesia #SiUnyil #PakRaden
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me