Langsung ke konten utama

037 [KEKUATAN SEJARAH]

 


“Penderitaan bangsa-bangsa di dunia sekarang ini, bukan sekedar disebabkan karena tidak bisa memanfaatkan sumber daya alam mereka. Yang lebih parah lagi adalah karena mereka tidak punya sejarah, atau tidak punya kebanggaan masa lalu. Di saat seperti itu, bangsa tersebut tidak akan memiliki motivasi untuk bangkit memperbaiki nasibnya. Akhirnya, jiwa budak dan peran pelengkap penderita akan tetap membelenggu mereka.” (KH. Rahmat Abdullah)

Bangsa-bangsa yang memiliki sejarah masa lalu yang gelap biasanya selalu mewarisi kekelaman tersebut. Label kegagalan, perilaku negatif hingga julukan sinis bangsa lain akan membawa pada ketidak percayaan diri sebagai bangsa dihadapan negeri-negeri lainnya. Sebenarnya tidak demikian menempatkan sejarah, kegagalan masa lalu bukan sebagai noda hitam yang harus dicoreng pada muka sendiri. Tapi pelajaran berharga agar tidak terulang lagi, peringatan kewaspadaan agar tak terjerumus pada lubang yang sama.

Bagi negeri-negeri yang pernah mencapai puncak kejayaannya kemudian dijajah bangsa Asing. Sejarah dianggap bom waktu bagi para penjajah. Kenapa? Sejarah ini yang akan menjadi ruh kebangkitan untuk melawan dan mengembalikan kejayaan masa lalu. Sejarah ini akan menjadi api yang selalu membakar semangat generasi baru negeri tersebut untuk merebut kembali apa yang telah dimiliki dan digapai oleh pendahulunya, bahkan untuk melebihi hal tersebut.

Begitulah kenapa para penjajah menjauhkan daerah yang dirampasnya dari sejarah mereka. Merampok semua tulisan dan jejak kejayaan mereka, menghanguskan buku dan kitab leluhur mereka, merobohkan perpustakaan mereka. Bahkan setelah itu para penjajah membuat sejarah versi mereka terkait bumi jajahannya. Tentu dengan merendahkan, mengkerdilkan negeri tersebut, meniadakan kekejian dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan penjajah. Rekayasa sejarah mereka lalukan seenak perut demi kepentingannya. Ini yang juga disebut oleh KH. Rahmat Abdullah sebagai racun yang ditebar penjajah.

Kejayaan Majapahit dengan sumpah Palapa Patih Gajah Mada menyatukan Nusantara, itu salah satu spirit mengapa nusantara ini harus utuh dan sebesar ini. Seperti apapun penjajah memecahnya hingga membuat skenario Republik Indonesia Serikat (RIS) misalnya, tapi digagalkan dengan semua pemimpin bangsa mendukung dan sepakat dengan Mosi Integral Muh.Nasir untuk menyatukan kembali dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Demikian juga bagi ummat Islam mempelajari kisah-kisah para nabi dan rasul serta kaum terdahulu akan mengalirkan ruh keimanan. Terutama sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw (Sirah Nabawiyah). Dalam Al-Qur’an terbentang banyak kisah-kisah mereka untuk mengokohkan perjuangan, menetapkan hati dan menggapai impian dimasa depan. Tentunya bukan hanya kebahagiaan di dunia saja, namun sekaligus di akhirat kelak.

“ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi mereka yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)

Seperti itulah sejarah, mata air yang selalu menyegarkan spirit dan semangat semua orang yang dapat menjadikannya cermin pelajaran untuk membaca hari ini dan masa depan.

Rumah Merpati 22
30112022, 17:38
#MariBerbagiMakna #InspirasiWajahNegeri #reHATIwan #IWANWahyudi
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...