Langsung ke konten utama

[KETIKA BUKU TAK LAGI DIRINDU]

Mendengar kata BUKU apa yang masih terpintas diingatan dan memori kita secara spontan? Beratnya tugas-tugas semasa menjadi pelajar dan mahasiswa atau suntuknya mengerjakan tugas akhir (skripsi)? Wah betapa menderitanya hidup jika kita tidak pernah memiliki nostalgia yang menyenangkan dan indah bersama makhluk bersama buku.

Bisa jadi bagi generasi milenial buku sudah tergeser bahkan tergilas posisinya dengan e-book dan file jurnal serta referensi yang bisa di download dengan mudah. Tapi apakah memang benar-benar semua fungsinya sudah berubah? Bisa jadi kita semua puas menjadi pengoleksi e-book saja, download selesai merasa bangga dan senang tanpa membacanya. Atau benar-benar downloa dan membacanya dengan tuntas.

Bagi saya pribadi tetap saja buku memiliki sisi yang tak dapat tergantikan. Bukan karena saya gaptek atau tidak kekinian, tapi ada sisi kenyamanan saat membersamai buku yang tak bisa didapat dengan membaca online.

Hari ini saya sangat bahagia, alhamdulillah buku kedua saya selesai dicetak oleh penerbit. Bukan langkah yang mudah sebenarnya menerbitkan buku, tapi juga tak serumit dan sulit seperti yang kita bayangkan. Pada kesempatan ini saya mungkin sedikit sharing terkait Hari Buku Sedunia yang diperingati hari ini, 23 April.

Hari Buku Sedunia, dikenal pula dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku Internasional, diperingati setiap tanggal 23 April diadakan oleh UNESCO untuk mempromosikan peran membaca, penerbitan, dan hak cipta. Hari Buku Sedunia dirayakan pertama sekali pada tanggal 23 April 1995.

Hari Buku tidak jauh dari seberapa banyak yang dituliskan dan terbitkan dan seberapa besar minat membaca yang telah terbangun. Ada lebih dari 30.000 judul buku yang diterbitkan setiap tahun di Indonesia. Angka ini hanya menggambarkan judul yang terdaftar dalam catatan resmi toko buku dan juga pengajuan ISBN di Perpusnas, dan tidak termasuk buku yang diterbitkan oleh individu (self publisher) atau organisasi non-penerbit seperti instansi pemerintah, organisasi non-pemerintah, komunitas independen, partai politik, dan asosiasi profesi.`Buku anak-anak, agama (Islam), edukasi, fiksi, dan sastra adalah kategori utama dari judul buku yang diterbitkan di Indonesia (Sumber : http://ikapi.org/2018/01/25/data-perbukuan-indonesia/)

Peringkat literasi bertajuk 'World's Most Literate Nations' yang diumumkan pada Maret 2016, produk dari Central Connecticut State University (CCSU). CCSU merilis peringkat literasi negara-negara dunia pada Maret 2016. Pemeringkatan perilaku literasi ini dibuat berdasar lima indikator kesehatan literasi negara, yakni perpustakaan, surat kabar, pendidikan, dan ketersediaan komputer. Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara yang disurvei. Indonesia masih unggul dari satu negara, yakni Botswana yang berada di kerak peringkat literasi ini. Nomor satu ada Finlandia, disusul Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Swiss, AS, dan Jerman. Korea Selatan dapat ranking 22, Jepang ada pada ranking 32, dan Singapura berada di peringkat ke-36. Malaysia ada di barisan ke-53.

Dari data Perpustakaan Nasional tahun 2017, frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata hanya tiga sampai empat kali per minggu. Sementara jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya lima hingga sembilan buku per tahun. (Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180326160959-282-285982/minat-baca-masyarakat-indonesia-masih-rendah)

Nah tergambarkan seberapa besar minat baca bangsa kita dan jika ingin di zoom lebih detail lagi pasti sudah kebayang seberapa rendah minat tersebut untuk di kawasan Indonesia bagian timur termasuk NTB daerah tercinta yang kita ada didalamnya. Lalu apa yang harus kita lakukan? Mulailah serius membaca buku (baik manual maupun digital) dari diri sendiri, kemudian tularkan itu pada orang terdekat kita. Karena kita akan tau bagaimana bangsa dan generasi bangsa ini ketika buku tak lagi dirindu.

23042019 16:14
#IWANwahyui
#MariBerbagiMakna
#CatatanLangkah
#InspirasiWajahNegeri #reHaTIwan
www.iwan-wahyui.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[BOOK STREET]

  Ahad pagi ini 23 Juni 2024 seperti biasa jalan Udayana Mataran ramai dengan masyarakat yang antusias menikmati Car Free Day (CFD). Setelah beberapa kali juga ikut CFD pada liburan ini, kali ini baru kesampaian menyambangi lapak Book Street yang berada tepat di trotoar depan kantor Kominfotik NTB atau di seberang kantor DPRD NTB. Satu-satunya lapak di CFD yang bertemakan buku. Setelah sekitar sebulanan terakhir melihat status FB mbak Dita yang rutin tiap Ahad pagi buka lapak baca Book Street. Tadi berkesempatan mampir sekligus mendonasikan tiga buah buku : Melukis Pelangi Catatan Hati Oki Setiana Dewi, Otak Tunduk, Otak Jongkok Sketsa-Sketsa Sosial Politik karya Patompo Adnan dan BestSeller Inspirasi dan Spirit Menjadi Manusia Luar Biasa buku karya pertama saya. Setahun yang lalu tepatnya bulan Syawal, Forum Lingkar Pena (FLP) Mataram juga membuka lapak baca dengan Pojok Literasi di lokasi CFD udayana Mataram juga. Pengunjungnya cukup ramai, apalagi dengan jejaring FLP dengan ko

[PESAHABATAN]

    "Do'a-do'a pengikat persahabatan dan persaudaran yang terlantun dulu itu, tak hanya terasa pada masa itu saja. Ia akan terus menjadi simpul sampai hari ini bahkan hingga akhirat kelak. Selama masih dijalan-Nya." #reHATIwan Reuni Ksi Al-Israa @ksialisraa angkatan milenium. Sudah belasan tahun tak bersua. Kurang lengkap perjumpaan dengan Haji Jumahat dan Ust Asep tanpa bang Mahlie Tentena . Lintas jurusan dan program studi yang selalu duduk di shaff shalat mushalla Al-Israa'. Pasca tidak lagi kampus, tidak pernah bertemu lengkap berempat. Pernah bertemu tanpa ust Asep atau tiada kehadiran bang Mahli. Reuni selanjutnya semoga bisa sekaligus umrah. 20052023

[BELAJARLAH KAPAN DAN DIMANAPUN]

Jika hanya mau belajar ditempat tertentu saja, saya rasa itu hanya membatasi ilmu itu hanya produk tempat tertentu saja. Jika semangat belajar hanya di waktu khusus saja, saya kok beranggapan itu hanya mengkerdilkan kemuliaan ilmu. Ilmu itu bisa didapat dimana saja, dari bentang alam semesta yang luas ini. Setiap penglihatan, pendengaran, dan rasa yang ditimbulkan dari interaksi dengan semesta dapat mengandung ilmu. Setiap saat bisa jadi ilmu itu datang mengetuk logika akal kita, hikmah peristiwa tidak harus hadir saat kita mood semata. Ia menerobos waktu, kapanpun. Jangan mengkerdilkan belajar dengan batasan ruang dan waktu. Jangan menolak ilmu dengan membuat jam berkunjung dan dan waktu tertentu. Karena ia adalah sesuatu yang menembus ruang dan waktu. 18112018 11:20 Masjid Al-Kahfi UTS #IWANwahyudi #MariBerbagiMakna #inspirasiwajahnegeri  www.iwan-wahyudi.com