Langsung ke konten utama

[ITU-ITU DAN DISITU-SITU SAJA]



Pernahkah anda merasa bosan melakukan hal yang itu-itu aja?. Liburan juga ke tempat yang itu-itu aja di tambah bentuk kegiatannya itu-itu aja. Sebenarnya semua tergantung diri kita sendiri. Perlu ada variasi tempat agar ada pengalaman dan wawasan kita tentang yang ada diatas muka bumi ini. Jika tak ada waktu yang lebih luang atau finansial yang lebih, maka yang harus diubah adalah cara dan bentuk mengisi liburan tersebut, walau cuma disitu-situ aja tempatnya.

Apa yang menyebabkan kita hanya melakukan itu-itu aja dan disitu-situ aja ?
1. Kita tipe orang yang pasrah dan tidak mau menambahkan pengalaman baru dalam hidup. Intinya g mau keluar dari zona nyaman.
2. Kita bagian dari kelompok orang yang kurang kreatif dan variatif. Jarang berpikir diluar kebiasaan yang pernah dilakukan. Kreatif dan variatif tidak harus dengan menambah finansial, tapi bahkan malah bisa menghemat finansial. Contoh dari pada nonton di bioskop mendingan nonton bareng teman-teman dihalaman rumah.
3. Kita kurang gaul dan berteman. Di era media sosial sekarang tentu sungguh terlalu jika kita tidak punya teman dan sempit pergaulan. Dari penjelajah di medsos kita akan tau dimana tempat-tempat kece buat liburan yang murah dan bisa jadi dekat dengan tempat tinggal kita.

So...semua tempat bisa menjadi tempat liburan. Tiap pandangan mata bisa menjadi ide untuk memperkaya imajinasi dan hati. Tiap teman menjadi alternatif kunjungan silaturahim.

31122019
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...