Ibu...
Bait puisi yang tak pernah usai.
Kata cinta yang tak kenal jeda.
Alunan do'anya yang tak pernah punah
Kerinduan jiwa yang tak sempat kosong.
Paragraf kisah yang tak lekang.
Cerita yang indah tak mengenal tuntas.
Seorang lelaki itu mengedong ibunya yang lumpuh sebagai baktinya. Memandikan dan mensucikannya dari hadats kecil dan besar dengan ikhlas sebagaimana perintah Allah dan RasulNya. Tentu hal itu dilakukan bukan hanya satu dua hari atau beberapa minggu seperti orang yang sedang di rawat di rumah sakit.
Di suatu waktu lelaki ini bertanya pada Umar bin Khattab, "Apakah pengabdian ku sudah cukup untuk membalas budi ibuku? " Umar menjawab "Tidak! Tidak cukup! Karena kamu melakukannya sembari menunggu kematiannya, sementara ibu merawat mu sembari mengharap kehidupanmu".
Mungkin ini salah satu hikmah ketika mereka (ibu dan bapak) telah tiada masih ada kesempatan membalas budi mereka agar mengalirkan pahala padanya dengan do'a anak yang sholeh, sedekah jariyah untuknya dan menyebarkan ilmu yang telah mereka ajarkan. Walaupun kesemuanya tetap saja tak dapat membalas jasa ibu pada kita.
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim).
Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata 'Ibu', dan panggilan yang paling indah adalah 'Ibuku'. Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati. (Khalil Gibran,1883-1931)
bersambung pada tulisan yang lain (karena ibu cerita yang tak pernah tuntas)
23122021
#MariBerbagiMAKNA #reHATIwan #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi #InspiringWords #SedekahKata
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar