"Buku dengan segala prosesnya akan memperjumpakan kita dengan banyak teman. Proses dari menemukan ide hingga berbagi buku, jalan panjang yang setiap tepinya ada manusia yang menunggu perkenalan. "
Siang ini saya bertukaran buku dengan seorang bu guru yang lama berkenalan di Facebook namun baru akhir bulan Oktober lalu bisa ketemu darat di acara Mbojo Writers Festival ( MWF) 2021. Tahun 2017 silam saya membaca karyanya "Catatan Dibalik Bilik". http://iwanwe.blogspot.com/2017/05/catatan-yang-luput-tercatat.html?m=1
Buku barunya yang diberikan pada saya " Hanya Nol Koma Satu" kumpulan keroyokan 109 penulis pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf). Nah, ada yang baru dengar kan pentigraf? Setahun lalu bang Parange Anaranggana mengenalkannya pada saya. Berikut lebih praktisnya saya copas apa itu pentigraf dari Wikipedia.
"Pentigraf merupakan akronim dari cerpen tiga paragraf. Karya sastra jenis baru ini, kali pertama digagas dan dikembangkan oleh sastrawan dan akademikus dari Unesa, Dr. Tengsoe Tjahjono. Dinamakan pentigraf sebab syarat utamanya adalah terdiri dari tiga paragraf, tidak kurang dan tidak lebih. Namun demikian, pentigraf haruslah memiliki tokoh, alur cerita, dan konflik yang kuat. Untuk itulah, mengapa dalam menuliskan pentigraf harus memperhatikan pemilihan diksi untuk menciptakan kalimat yang efektif."
Kembali ke sosok bu guru yang sampai sekarang sudah menerbitkan 20 judul buku karyanya (kalah berat saya yang baru sejumlah jari satu telapak) di tengah kesibukannya sebagai guru di MAN 2 Kota Bima.
Di akhir perjumpaan beliau berpesan "Antologi pentigraf selanjutnya harus ikut bang". Seakan mengingatkan agar saya serius mencoba dunia fiksi khususnya pentigraf yang mirip panjang tulisan-tulisan saya di FB. Terimakasih bu guru Maratus Shalihah
Museum Asi Mbojo
17112021
@iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar