Pernah ketemu sama penjual sesuatu tempat kita mau belanja eh ternyata orangnya jutek, mukanya asem, jangankan senyum melayani aja seakan terpaksa. Dan tentu pada kesempatan lain kita juga pernah ketemu sama penjual yang murah senyum walau wajahnya tak secantik atau tampan penjual versi jutek tadi, rasanya tentu beda ada nuansa hangat yang terbangun, ungkapan ketulusan yang pancar, getaran persaudaraan yang menyetrum dan kenyamanan berbelanja tentunya.
Disuatu tempat yang asing dan baru kita kunjungi, dimana kita juga belum mengenal penduduknya apalagi bertemu bertatap muka. Tentu senyuman akan melambangkan sambutan selamat datang dan memikat hubungan diawal pertemuan, memunculkan rasa bahagia dan tak minder atau rendah diri pada kita.
Begitulah sihir senyuman, sihir yang tak dibatasi oleh usia dan status sosial bahkan derajat ala manusia bagi pemakainya. Sihir yang selalu tajam dan tak tawar berdasarkan kawasan teritorial tertentu mempraktekkannya. Sihir yang tak perlu mengeluarkan mahar apapun untuk mendapatkan ilmu tersebut apalagi harus bersyarat mandi tengah malam dengan bunga tujuh rupa.
Senyum adalah sihir yang halal, lambang persaudaraan, ungkapan yang tulus, surat cinta dan dialog asmara (Aidh Al-Qarni)
Jika kita terkena sihir yang satu ini, penawarnya cuma satu, lawan dengan melebihi energi senyum yang disihirkan pada kita.
Foto : teman satu meja saat di SMP kelas III
13102019
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1
Komentar
Posting Komentar