Sejarah hanya milik para penguasa, bisa jadi ungkapan itu benar karena ketika kekuasaan dalam genggaman apapun dapat dilakukan termasuk mengkerdilkan sejarah para lawan-lawannya.
Kenapa pula keberpihakan sejarah terhadap kekuasaan adalah keniscayaan? Karena setiap pemiliki sejarah tak semua menuliskannya sendiri dalam versinya sendiri, namun memberikan mandat penuh hanya pada penguasa apalagi jika pemilik sejarah adalah manusia-manusia yang jauh dari pencitraan, menepi dari hiruk-pikuk publikasi, bahkan tak memiliki alat media sebagai penyebar pemberitaan.
Ketika penguasa leluasa menuliskan sejarah maka jangan heran jika terjadi pembelokan alur cerita bahkan menggelapan beberapa bahkan keseluruhannya.
Saat penguasa menjadi penafsir resmi sejarah satu-satunya jangan heran nama-nama mereka yang ada dipanggung sejarah sesungguhnya akan terdelete dan bermunculan nama mereka yang bahkan tak mengerti sedikitpun atas sejarah yang diklaimnya.
Setiap kita memiliki sejarah masing-masing bahkan juga tak jarang terkait dengan sejarah orang lain. Ada diantara kita sebagai pelaku utama, pemeran pembantu atau bisa jadi hanya saksi mata yang sekedar melihat peristiwa sejarah itu lewat didepan mata, namun kita lupa memberikannya sekedar catatan kecil. Ya, bukan untuk mengAKUkan sejarah tapi sebagai sebuah cerita pembanding yang otentik jika para penguasa itu secara terencana melakukan makar jahat pembelokan dan penyesatan sejarah. Toh kekuasan memiliki batas, setelah ia lewat maka datanglah era pembetulan&pelurusan sejarah berbekal catatan kecil para pelaku dan saksi sejarah sesunggunya.
26092016
Tugu Garuda Perempatan Pasar Tente Bima
IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.net
Komentar
Posting Komentar