Langsung ke konten utama

[RAJA TAMBORA & ISLAM CAPE TOWN AFRIKA SELATAN]

Pada 30 November 1697, kapal Lands Welvaren meninggalkan Batavia menuju Cape Town Afrrika Selatan salah satu penumpangnya adalah tahanan politik Belanda Rajah of Tambora (Nizam ad-Din Abd al-Bashir atau Nilaauddin Abdul Basyir, Abdul Radja, Albubasi Raja, Abdul Basi Rajaia) nama yang tertulis oleh J.Hoge dalam “ The Family of the Rajah of Tambora at the Cape” (1951:27-29). Raja ini diasingkan ke Cape Town dengan resolusi pemerintahan Batavia (VOC) bernomor 13/8/1697 karena memberontak terhadap VOC, yaitu melakukan Pemberontakan terhadap Kompeni, konspirasi melawan Raja Dompo dan membunuh ratunya *)
Rajah Tambora diperlakukan sebagai orang rantaian, pekerja paksa sebagaimana pesakitan lainnya yang sebelumnya diancam untuk dihukum mati.  Kapal tahanan politik ini tiba di Cape Town pada 17 Februari 1698. Setahun setelah dibuang beliau menikah dengan putri Syaikh Yusuf Al-Maqassari (diasingkan sejak 1694) , Sitina Sara Maraouff. 
Raja Tambora dikenal sebagai orang pertama yang menulis Al-Qur’an di Cape Town Afrika Selatan.
(Atep Kurnia-T.Bachtiar, TAMBORA Sumber tertulis Abad XV-XIX – Masyarakat Geografi Indonesia)
*) Sultan Jamaluddin (Kesultanan Bima) 19 Agustus 1693 M diadili di Makassar oleh para hakim Belanda dengan tuduhan sebagai pembunuh permainsuri Kesultanan Dompu (Belanda sepertinya memainkan politik Adu Domba untuk memecah Kerajaan/kesultanan di kawasan Bima dan Dompu). Apakah Permainsuri Dompu yang di tuduhkan pada Sultan Jamaluddin dan Raja Tambora adalah orang yang sama ? Colek Bang Alan Malingi, Fahru Rizki, Nasrullah Ompu Bana

09082015
#SpiritPerjuangan
#DanaMbojoku

Foto : Kawah Gunung Tambora 14 April 2015 & Gambar peta di Buku TAMBORA Sumber tertulis Abad XV-XIX – Masyarakat Geografi Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[PRABOWO, BUKTIKAN ! JANGAN JANJI TERUS]

Episode yang membuat semua mata anak bangsa bahkan sudah tersiar ke media internasional, bagaimana Rantis Baracuda Brimob melindas pengemudi ojol hingga tewas bernama Affan Kurniawan, Kamis malam lalu. Ini bisa menjadi "martir". Seperti mahasiswa Arief Rahman Hakim 1966 dan empat pahlawan Reformasi 1998, yang kemudian kita semua tau berujung pada berakhirnya Soekarno dan tumbangnya Soeharto.  Sejak malam itu para pengemudi Ojol menunjukan solidaritas nya di depan Mako Brimob hingga pagi.  Aksi solidaritas kemudian menjalar ke beberapa daerah di tanah air pada hari Jum'at. Bukan saja pengemudi ojol saja, tapi mahasiswa dan rakyat ikut turun. Pengrusakan, terutama kendaraan dan kantor polisi tak bisa dihindari.  Presiden hingga Ketua DPR Puan memberikan pernyataan permohonan maaf ditambah kalimat, "Nanti kami akan perbaiki" hal-hal yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Lebih kurang demikian, ininya NANTI. Ini artinya berjanji.  ...

014 [PERANG DIPONEGORO, PERANG TERMAHAL BELANDA DI INDONESIA]

  Belanda salah satu penjajah Indonesia yang sangat lama dibandingkan negera lainnya. Hal itu bukan berarti mulus-mulus saja. Perlawanan di berbagai daerah di Nusantara meletus silih berganti sepanjang waktu. Walau dengan persenjataan yang sebanding, namun api perjuangan itu tak mampu dipadamkan dengan mudah hingga kemerdekaan itu benar-benar diproklamasikan. Salah satu perang yang dicatat sebagai perlawanan terbesar dan termahal yang dihadapi oleh Belanda ialah Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang meletus selama lima tahun sejak tahun 1825 hingga 1830. Penyebab dari perang Diponegoro ini diantaranya, Belanda ikut campur tangan dalam kehidupan keraton yang pastinya merupakan akal licik untuk mempengaruhi dan mengadudomba. Selain itu beban ekonomi rakyat akibat aturan pajak yang diberlakukan Belanda, pengusiran terhadap rakyat karena tanahnya termasuk tanah yang disewakan. Dan yang paling khusus adalah pemasangan patok-patok jalan oleh Belanda yang melintasi makam para leluhur Pa...

[DARI CAHAYA LAMPU KITA BELAJAR MENJAGA FASILITAS NEGARA]

Suatu ketika khalifah Umar bin Khatab RA kedatangan seseorang saat mengerjakan tugas Negara dengan diterangi cahaya lampu. Setelah mempersilahkannya masuk dan duduk sang Khalifah bertanya pada tamu “ Apakah yang akan kita bicarakan adalah masalah Negara atau masalah pribadi ? “ . Ketika sang tamu menjawab permasalahan pribadi Umar langsung mematikan lampu dan sang tamu dibuatnya terkejut. Belum habis keterkejutan sang tamu pemimpin kaum muslimin ini menjelaskan, sebelum sang tamu datang ia sedang mengerjakan tugas Negara dengan menggunakan lampu yang merupakan fasilitas Negara, sekarang kita akan membicaraka permasalahan pribadi sehingga tidak layak jika juga harus menggunakan fasilitas Negara. Mungkin cerita diatas menyadarkan kita akan pentingnya menjaga dan memisahkan mana yang menjadi amanah Negara atau public yang sedang melekat pada kita dengan status pribadi kita. Kisah diatas kemudian melahirkan pertanyaan ngeles kita “ Ah itukan wajar karena mereka sahabat Rasul da...