Langsung ke konten utama

[CORDOVA]

Keajaiban dunia. Begitulah penulis Barat, Stanley Lane-Poole, menjuluki Cordoba pada era tamadun Islam. ”Cordoba memiliki seluruh keindahan. Ornamen-ornamennya begitu indah dipandang dan mengagumkan penglihatan,’’ tutur Lane-Poole. Jejak kejayaan Islam tak hanya meninggalkan bangunan-bangunan megah, namun mewariskan peradaban dan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya. Secara geografis, Cordoba terletak di Provinsi Andalusia, sebelah Barat Spanyol. Kota bersejarah itu bertengger di sepanjang tebing sungai Guadalquivir. (Republika)

Suatu ketika dibangun perumahan yang berisi 12 rumah yang tersebar di satu jalan utama dan dua gang. Dalam sebuah perjalanan dengan si pengembang saya berdiskusi tentang nanti apa nama jalan utama dan gang di perumahan tersebut. Biasanya jalan utama akan di namakan Jalan Iwan Raya dan gang akan di labeli Jalan Iwan I, Jalan Iwan II dan seterusnya (nama Jalan Iwan ini cuma perumpamaan). 

Biasanya nama jalan diambil dari nama pahlawan, tempat wisata, nama planet, nama bunga, nama burung, nama wali, nama tokoh dan sebagainya. Jika nama burung misalnya perkutut atau betet kurang gimana gitu jika di perumahan yang cuma ada paling tiga nama jalan. 

Saya usulkan nama jalan yang kalau disebut agak keren namun memiliki makna rasa dan filosofis yang dalam dapat membangun imajinasi dan impian. Saya usul nama tempat yang menggambarkan jejak peradaban luar biasa dan melegenda seperti Andalusia dan Cordova/Cordoba (ini bukan sok kebarat-baratan ya). Jika Jalan utama nama nya Jl. Cordova, dua gang lain Jl. Andalusia I dan Jl. Andalusia II begitu usul saya. 

Dan setiap alamat saya cantumkan Jl. Cordova A-03 (blok A no.03). Masa waktu 2012 hingga 2017 akan didapati pada bagian akhir tulisan saya menuliskan nama Jalan tersebut, seperti di akhir tulisan ini. 

Nama memang hal sederhana yang kadang hanya menjadi kebutuhan administrasi semata. Tapi sebenarnya nama adalah do'a, harapan, branding dan identitas yang akan selalu melekat.

21082020 Cordova A-03
#IWANwahyudi
#InspirasiWajahNegeri
#MariBerbagiMakna
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me