Langsung ke konten utama

[MENGAPA MENULIS? ]

Apakah anda cuma ingin dikenang dengan tiga baris tulisan dibatu nisanmu saja? Nama, tanggal lahir dan tanggal wafat. Kalau cuma itu, semua orang bisa dan itu biasa-biasa saja. 

Dalam bulan Ramadhan hingga pekan pertama bulan Syawal 1442 H/2021 M saya menerima lima buku baru. Ada yang merupakan karya perdana penulis dan ada yang menjadi buku ke 40 yang telah diterbitkannya. Kenapa mereka menulis? Hal itu lebih penting di telisik. 

Buku Opera Republik Orang-orang Biasa (kumpulan puisi) . Buku ke-4 (tiga bukunya terbit dalam setahun terakhir) kakak tingkat saya saat SMP Bang Eka Ilham Sang Pencerah . "Menulis itu hobi dan panggilan jiwa", saya tidak sangsikan jika beliau mampu menulis belasan puisi dalam sehari. 

Buku Antologi Puisi Akrostik Serpihan Kisah, buku perdana Bu Guru Bahasa Indonesia Lilis Puji Astuti . Tidak semua guru bahasa mampu menulis dan menerbitkan karya sastranya. "Hanya ingin mengasah kemampuan dan ingin memiliki buku hasil karya sendiri, menjadi warisan untuk anak cucu bahwa kita pernah berkarya sebagai kenangan terindah". Begitu alasan beliau menulis. 

Saya jadi teringat mengapa Pramoedya Ananta Toer menulis?, " Menulis itu bekerja untuk keabadian", " Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari".Dan quotes bunda Helvy Tiana Rosa, " Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi", "Menulis itu rekam jejak. Sekali dipublikasi, tak akan bisa kau tarik. Tulislah hal-hal berarti yang tak akan pernah kau sesali kemudian".
Buku Pendidikan Ramadhan karya ke 30 sekian menjelang 40 dari sahabat saya Syamsudin Kadir . Dari awal tahun hingga Agustus 2021 akan ada 10 buku bahkan lebih yang beliau terbitkan, jelas beliau penulisnya dong. "Saya menulis sebagai media belajar untuk menambah kebaikan agar kelak timbangan amal baik di hadapan Allah lebih berat", begitu sih pengakuan beliau ke saya. 

Buku The Power Of Heart Republic, nah ini judulnya aja bahasa Inggris tapi isinya full bahasa Indonesia karya Salahuddin Al Ayyubi . Tiga buku terakhir beliau saya koleksi. Lebih dari 5 buku lainya antologi puisi bersama para penyair lainnya. Nah klo saya tidak salah tangkap alasan Udin (panggilan beliau) menulis g jauh dari apa yang diungkapkan Helvy Tiana Rosa "Menulis itu menenangkan pikiran dan nurani yang nyeri.” g percaya? Nanti kita buktikan komentarnya di status ini ya. ;-) 

Buku Novel Parenting Mozaik Cinta untuk Ananda tebalnya 388 halaman. Pas i'tikaf kemarin salah seorang mahasiswa peserta bilang ke saya, "Pak Iwan, mau beli buku Umi saya g? ". Saya iyakan. Si anak bilang ini buku pertama sang ibu walaupun sering nulis sejak SMP katanya. Ketika saya baca profil penulisnya Ibu Ratna Kushardjanti ternyata sejak kelas 5 SD sudah mengirimkan karya di media anak-anak dan mendapatkan honor. Tulisannya diterbitkan dalam beberapa buku karya bersama diantaranya Buku Jejak-jejak Mas Gagah tahun 2016 bersama Bunda Helvy Tiana Rosa dan Akhi Dirman Al-amin Full . 

Nah, klo saya mau bilang "Media sosial itu milik mereka yang bisa menulis, jika tidak bisa menulis lalu apa yang engkau posting? ". Cuma, mau nulis status biasa-biasa aja seperti kebanyakan orang biasa atau berbagi sesuatu yang bermakna ? 

20052021
#IWANwahyudi #MariBerbagiMakna #InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me