Langsung ke konten utama

[SEBERAPA GREGET RINDUMU PADA RAMADHAN]

Dihari-hari terakhir Ramadhan tahun lalu, kita pernah dirundung sedih. Keakraban sebulan bersama kemuliaan Ramadhan seakan telah menyatu, masih banyak dosa yang harus dihapus dengan karunia Ampunan-Nya dibulan itu, masih terlalu minim amal yang diteguk dari telaga Ramadhan, masih kurang tempaannya sebagai bekal 11 bulan kemudian. Tak terasa kita begitu mengiba pada-Nya agar bisa bertemu lagi. Apakah saat ini Rindu Ramadhan masih ada, atau semakin menggebu atau bahkan kian pudar oleh hembusan angin duniawi 11 bulan belakangan?

Kerinduan sejati itu tak berkurang kadarnya oleh waktu dan tempat. Bahkan semakin lama, rindu akan semakin menggunung. Semakin jauh jarak, rindu akan semakin menggebu. Rindu bukan hanya terucap diawal semata, tapi menjadi lafadz yang terus membasahi lidah, mengisi ruang hati, bercengkrama terus dialam pikiran dan terlihat dalam tingkah perbuatan.

Saat mengetahui sesuatu yang dirindukan akan segera tiba. Semakin berbunga hati, semakin tak karuan menyiapkan penyambutan terbaik, mengeluarkan hidangan terlezat dan tentu senyum terindah. 

RAMADHAN kurang sebulan lagi akan datang sesuai jadwalnya. Ia melebihi merpati yang tak pernah ingkar janji. Yang masih harus diraba kedalam diri seberapa besar rindu itu tersisa untuk Ramadhan. Kita juga tak punya jaminan usia dapat bersua hingga ramadhan tiba. Belum terlambat, jika hari ini masih biasa-biasa saja dan hambar rasanya, saatnya me-Charge rindu pada Ramadhan. Buktikan greget Rindumu bukan semata puisi tanpa aksi.

20042019 08:59
#IWANwahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#CatatanLangkah 
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan 
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SELAMAT HARI GURU]

  Era sekarang pasti kalian semua punya guru. Walau cuma guru Sekolah Dasar, jika pendidikan kalian kandas ditengah jalan karena satu dan lain hal. Atau guru non formal/informal, seperti guru ngaji atau pelatihan bagi kalian yang sama sekali tidak menyicipi bangku sekolah. Sepertinya tak mungkin kalian tak punya guru sama sekali hingga titik ini bukan? Ada beberapa pengertian apa itu guru dari asal katanya. Apalagi jika membandingkan kata guru dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Arab. Jika dilihat dari fungsi dan perannya tak bisa diwakilkan dengan satu kata, "guru" itu saja. Secara etimologi kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang diartikan orang yang mengajar (pengajar, pendidik, ahli didik). Dalam bahasa jawa, sering kita mendengar kata „guru‟ diistilahkan dengan “digugu dan ditiru”. Kata “digugu” berarti diikuti nasehat-nasehatnya. Sedangkan “ditiru” diartikan dengan diteladani tindakannya. Sementara itu dalam bahasa Inggris terdapat kata yang semakna dengan kata gur

[GURU ITU...]

Guru itu air... Kelembutan yang menetes tiada henti Pelan nun syahdu menembus otak bebal Jernih memenuhi penampang sanubari Bening mengalirkan kehidupan kekal Guru itu api... Semangat yang membara tiada jeda Pengobar obor ditengah gulita Pelita yang menyala menembus ruang-ruang hampa Selalu tegak melintasi lini masa Guru itu mutiara... Walau tersembunyi dalam dasar samudera Gelap dalam hening, riak ombak permukaan Terbuang dari riuh pemuji pesona Tak tertipu oleh lembar rupiah memuakkan Guru itu Bumi... Pemilik sabar tiada tepi Sesak dengan ulah-ulah manusia Genggam lentik yang selalu merayu Mendayu dalam dekapan ilmu Guru itu mentari... Lintasan kedisiplinan tanpa pamrih Mendung dan gulita awan tak menghalangi Terus dalam konsisten mengitari rotasi Memberi hangat dan cahaya sejak dinihari Guru itu udara... Perajut butir-butir kasih tanpa balas Budi Penyulaman tenun cinta tanpa bayaran Memberi apa yang murid butuhkan Tanpa memandang status sana sini Guru itu Nilai... Bukan

005 [TAK ADA MANTAN GURU]

"Yang paling hebat bagi seorang guru adalah mendidik. Dan rekreasi paling indah adalah mengajar. Ketika murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, kadang hati teruji kesabarannya. Namun hadirkanlah gambaran bahwa satu di antara dari mereka kelak akan menarik tangan kita ke surga." (KH. Maimun Zubair) Satu ketika sebelum wabah Covid melanda, kami mengantarkan biskisan lebaran ala kadarnya kepada guru ketika SMP dulu. Bagi saya sejak taman SMP belum pernah mengunjungi salah satu pak guru ini, mungkin hanya pernah satu dua kali berpapasan dan menyapa singkat. Beliau bercerita sekaligus memberikan nasehat, "Sejak dulu saya selalu mendo'akan siswa-siswa yang masih teringat namanya, baik yang pintar maupun nakal. Karena saya yakin di antara mereka pasti ada yang jadi orang." Saya satu di antara yang setuju tidak ada istilah mantan guru. Karena setiap guru baik yang kita suka atau tidak, yang favorit atau biasa saja, mereka pernah memberi ilmu dan mendi