Langsung ke konten utama

[SETIAP WAKTU ADALAH MOMENTUM]

Hari selasa ini tak sama dengan selasa yang lalu atau pekan depan walau memiliki nama yang sama. Setiap potongan waktu jangan hanya dimaknai sebagai kumpulan detik, menit ataupun jam semata,  melakukan pekerjaan, menikmati liburan, menyempatkan bercanda, olahraga, tidur dan istirahat atau kegiatan lainnya. Tak sekedar itu. Penggalan waktu adalah momentum. Pijakan untuk meloncat menuju kesuksesan diri atau malah terjungkal jatuh ke lembah kegagalan.

Tujuh tahun yang lalu dengan segala keterbatasan dan tanpa pengalaman, mengawali mendirikan Koperasi Serba Usaha (KSU) BMT Al-Iqtishady. Dengan spirit ikhtiar yang sederhana, membantu mereka yang kesulitan modal usaha dan sulit mengakses modal perbankan dengan persyaratan yang tidak mudah, dan tentu ingin membuktikan bahwa berekonomi syariah itu mudah dan berkah. Alhamdulillah, sekarang menjadi Koperasi ke 17 yang melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2017. Hampir setengah dari Koperasi di NTB tidak melakukan RAT, sehingga 149 koperasi dibubarkan tahun 2017. Bayangkan jika momentum tujuh tahun lalu tidak digunakan mungkin akan beda kisahnya hari ini.

Kekuatan Titik tolak dan loncatan memang bukan milik waktu itu sendiri. Namun, cara kita memanfaatkan kesempatan sebagai momentum. Mengoptimalkan penggalan waktu sebagai momentum dengan sebaik-baiknya. Masalahnya, kita tak pernah tahu pada momentum mana kita akan sukses atau gagal. Sehingga setiap kesempatan merupakan momentum berspekulasi dengan proses kebaikan. Tidak  mencari dan menunggu waktu seremonial tertentu untuk membuat momentum. Ibnul  Qayyim memberi nasehat " Orang yang berakal mengerti bahwa dunia ini tidak diciptakan hanya untuk mencari kesenangan didalamnya. Karenanya, dalam kondisi apapun ia harus konsisten dalam menggunakan waktunya secara tepat"

Mari menjadikan setiap waktu adalah momentum, karena ia tak bisa dinegosiasi untuk kembali

20022018 04:46 Cordova A03
#IWANwahyudi 
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri
#KomunitasGerimis
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me